Penggunaan Konjungsi Yang Tepat
Dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Karangan
Disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Seminar Bahasa
Dosen Pengampu: Drs. Suyoto, M.Pd
Oleh:
NURVITA SARI
09410082
7B
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2012
Penggunaan Konjungsi Yang Tepat
Dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Karangan
Abstrak
Salah
satu cara untuk meningkatkan keterampilan berbahasa komponen menulis pada siswa
adalah pembelajaran menulis karangan. Jenis karangan yang yang selalu diberikan
di sekolah adalah karangan narasi, deskripsi, persuasi, eksposisi dan
argumentasi. Dengan keterampilan menulis karangan, siswa mampu menuangkan ide
maupun gagasannya dalam bentuk tulisan. Namun beberapa siswa belum memahami
penggunaan konjungsi yang tepat dalam menulis karangan. Karena dalam kaidah
bahasa Indonesia penggunaan konjungsi harus disesuaikan dengan konteks kalimat
yang akan ditulisnya. Selain itu, penggunaan konjungsi dapat depengaruhi dengan
diksi yang digunakan oleh penulis.
Kata-kata kunci:
pembelajaran, keterampilan menulis, menulis karangan, penggunaan konjungsi.
- Pendahuluan
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang dimiliki
oleh manusia. Komunikasi yang menggunakan bahasa dapat dilakukan secara lisan
maupun bentuk tulisan. Dengan menggunakan bahasa memungkinkan manusia untuk
saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari orang
lain, dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual. Pada hakikatnya belajar
bahasa adalah belajar berkomunikasi. Berkomunikasi dengan bahasa lisan dan
tulisan selain dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar juga dapat
memperluas wawasan. Keterampilan berbahasa juga meliputi menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis (Tarigan, 1986: 1).
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang seharusnya dimiliki oleh semua orang dalam rangka menyampaikan ide atau
gagasan. Golberg (2006:30) mengungkapkan bahwa menulis merupakan proses yang
membangkitkan kreativitas dan memperkuat kesadaran kita tentang dunia sekitar.
Hal ini memiliki pemahaman bahwa menulis bukan hanya sekedar berbicara mengenai
bahasa yang dikuasai oleh penulis, tetapi unsur lain pun dapat diungkapkan.
Maka, tulisan dapat dikatakan sebagai produk atau cerminan dari apa yang
dipikirkan, apa yang dikuasai, dan apa yang diutarakan penulisnya. Oleh karena
itu, keterampilan menulis dianggap keterampilan yang paling sulit dibandingkan
dengan tiga keterampilan berbahasa yang lain.
Kegiatan menulis merupakan kompetensi yang ada didalam
kurikulum, khususnya dalam kegiatan mengarang. Dalam kegiatan tersebut
dibutuhkan keterampilan yang mendasar dasi aspek berbahasa, yaitu menulis
dengan mengungkapkan ide atau gagasan seseorang dalam bentuk tulisan. Hal ini
sama dengan pendapat yang diungkapkan oleh Tarigan (1986: 21) bahwa menulis
adalah menurunkan atau melukiskan lambang- lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Menulis karangan merupakan komponen penting yang
diajarkan di sekolah. Jenis karanagan yang sering diberikan di sekolah yaitu,
karangan narasi, deskripsi, persuasi, eksposisi, dan argumentasi. Dalam
menyusun sebuah karangan yang perlu diperhatikan adalah ejaan, tanda baca,
diksi dan penggunaan konjungsi yang tepat. Konjungsi merupakan kata yang
menghubungkan antar kata, klausa, kalimat, maupun paragaraf.
- Pembahasan
a.
Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan
ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks
pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif),
juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan
(aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi
kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja.
Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan
peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan
kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan
pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada
keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui
perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran
yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru
akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
b.
Keterampilan
menulis
Menulis
sebagai salah satu keterampilan berbahasa diakui oleh umum. Menulis merupakan
keterampilan yang mensyaratkan penguasaan bahasa yang baik. Dalam belajar
bahasa, menulis merupakan kemahiran tingkat lanjut. Semi (1995: 5) berpendapat
bahwa pengajaran menulis merupakan dasar untuk keterampilan menulis.
Penulis sendiri
berpandangan bahwa untuk menulis, pembelajar harus menguasai kaidah tata tulis,
yakni ejaan, dan kaidah tata bahasa, morfologi dan sintaksis. Di samping itu,
penguasaan kosakata yang banyak diperlukan pula. Selain itu kata hubung
merupakan faktor penting untuk memberikan makna yang lebih mudah dipahami.
c.
Menulis
karangan
Karangan merupakan karya tulis
hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya
melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang
umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi. berikut adalah pengertian dari beberapa karangan
yang diajarkan di sekolah:
1.
Karangan Narasi
Karangan
narasi ialah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa
yang biasanya disusun menurut urutan waktu. Yang
termasuk narasi ialah cerpen, novel, roman, kisah perjalanan,
biografi, otobiografi.
Ciri-ciri/karakteristik
karangan Narasi
a. Menyajikan
serangkaian berita atau peristiwa
b. Disajikan
dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa
awal sampai akhir
c. Menampilkan
pelaku peristiwa atau kejadian
d. Latar
(setting) digambarkan secara hidup dan terperinci
2.
Karangan Deskripsi
Karangan Deskripsi ialah karangan yang menggambarkan atau melukiskan
sesuatu seakan-akan pembaca melihat, mendengar, merasakan, mengalaminya
sendiri.
Ciri-ciri /
karakteristik karangan deskripsi
a.
Melukiskan atau menggambarkan suatu objek tertentu
b.
Bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada
diri pembaca agar seolah-olah mereka melihat, merasakan, mengalami atau
mendengar, sendiri suatu objek yang dideskripsikan
c.
Sifat penulisannya objektif karena selalu mengambil objek
tertentu, yang dapat berupa tempat, manusia, dan hal yang
dipersonifikasikan
d.
Penulisannya dapat menggunakan cara atau metode realistis
(objektif), impresionistis (subjektif), atau sikap penulis
3.
Karangan Eksposisi
Karangan Eksposisi adalah bentuk karangan yang memaparkan, memberi
keterangan, menjelaskan, memberi informasi sejelas-jelasnya mengenai suatu hal.
Ciri-ciri/karakteristik
karangan Eksposisi
a.
Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya
b.
Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (data
faktual)
c.
Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak
d.
Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap
fakta yang ada.
e.
Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang
proses kerja sesuatu.
4.
Karangan Persuasi
Karangan Persuasi adalah karangan yang tujuannya untuk membujuk pembaca
agar mau mengikuti kemauan atau ide penulis disertai alasan bukti dan contoh
konkrit.
5.
Karangan Argumentasi
Karangan Argumentasi adalah karangan yang isinya bertujuan meyakinkan
atau mempengaruhi pembaca terhadap suatu masalah dengan mengemukakan alasan,
bukti, dan contoh nyata.
Ciri-ciri/karakteristik karangan Argumentasi
a.
Berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan
pengarang sehingga kebenaran itu diakui oleh pembaca
b.
Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta, grafik,
tabel, gambar
c.
Dalam argumentasi pengarang berusaha mengubah sikap,
pendapat atau pandangan pembaca
d.
Dalam membuktikan sesuatu, pengarang menghindarkan
keterlibatan emosi dan menjauhkan subjektivitas
e.
Dalam membuktikan kebenaran pendapat pengarang, kita
dapat menggunakan bermacam-macam pola pembuktian
d.
Penggunaan
konjungsi
Konjungsi
menjadi unsur yang sangat penting dalam pembentukan wacana terutama dalam wacana tulis
termasuk dalam karangan, karena dengan hadirnya konjungsi
yang tepat maka hubungan
antarklausa atau kalimat menjadi padu serta logis sehingga proposisi atau ide yang disampaikan menjadi mudah dipahami.
Konjungsi, konjungtor, atau kata
sambung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa
yang sederajat: kata dengan kata, frasa
dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Konjungsi terbagi
dari empat macam, yaitu:
1.
Konjungsi koordinatif;
menghubungkan dua atau lebih unsur (termasuk kalimat) yang sama pentingnya atau
setara. Kalimat yang dibentuk disebut kalimat majemuk setara. Contoh: dan,
serta, atau, tetapi, melainkan, padahal, sedangkan.
2.
Konjungsi korelatif;
menghubungkan dua atau lebih unsur (tidak termasuk kalimat) yang memiliki
status sintaksis yang sama dan membentuk frasa atau kalimat. Kalimat yang
dibentuk agak rumit dan bervariasi, kadang setara, bertingkat, atau bisa juga
kalimat dengan dua subjek dan satu predikat. Contoh: baik ... maupun, tidak
hanya ..., tetapi juga, bukan hanya ..., melainkan juga, demikian
... sehingga, sedemikian rupa ... sehingga, apa(kah) ... atau,
entah ... entah, jangankan ..., ... pun.
3.
Konjungsi subordinatif;
menghubungkan dua atau lebih klausa yang tidak memiliki status sintaksis yang
sama. Konjungsi membentuk anak kalimat yang jika digabungkan dengan induk
kalimat akan membentuk kalimat majemuk bertingkat.
1)
Konjungsi
subordinatif waktu; sejak, setelah, sesudah, usai, selesai.
2)
Konjungsi
subordinatif syarat; jika, apabila.
3)
Konjungsi
subordinatif pengandaian; andaikan
4)
Konjungsi
subordinatif tujuan; agar, supaya.
5)
Konjungsi
subordinatif konsesif; biarpun, walaupun, meskipun.
6)
Konjungsi
subordinatif pembandingan; ibarat
7)
Konjungsi
subordinatif sebab-akibat; karena, sebab, maka, makanya.
8)
Konjungsi
subordinatif hasil; sehingga
9)
Konjungsi
subordinatif alat; dengan
10)
Konjungsi
subordinatif cara; tanpa, dengan (cara) begitu.
11)
Konjungsi
subordinatif komplementasi; bahwa
12)
Konjungsi
subordinatif atributif; yang
13)
Konjungsi
subordinatif perbandingan; sama ... dengan
14)
Konjungsi
subordinatif perlawanan; sebaliknya.
15)
Konjungsi
subordinatif urutan; lalu, terus,
kemudian.
16)
Konjungsi
subordinatif harapan; moga-moga, semoga.
17)
Konjungsi
subordinatif pilihan; atau, apa.
18)
Konjungsi
subordinatif penambahan; dan, juga, serta.
4.
Konjungsi antarkalimat;
merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat sendiri.
Contoh penggunaan konjungsi yang tepat pada karangan narasi:
Pengalaman
yang mengesankan
Ketika bangun pada hari Senin pagi, aku
sangat terkejut karena melihat
jam di kamar telah menunjukkan pukul 06.30 WIB. Aku
langsung bangun dan
menuju ke kamar mandi. Sampai di kamar mandi tiba-tiba aku
terpeleset dan hampir saja mencederaiku.
Setelah mandi, aku berpakaian sekolah,
sarapan pagi lalu berangkat sekolah
dengan menggunakan sepeda motor. Sesampainya
di sekolah kulihat tasku untuk mengambil topi. Betapa terkejutnya aku, ternyata topiku tidak ada di dalam tas.
Karena hari itu hari senin (ada
upacara bendera) aku pulang ke rumah untuk mengambil topi. Selesai mengambil topi
aku kembali lagi ke sekolah dengan menaiki sepeda motor. Tiba-tiba di jalan
motorku mogok, setelah diperiksa ternyata bensinnya habis. Terpaksa kudorong
motor untuk mencari tempat penjualan bensin eceran. Untunglah tempat penjualan
bensin itu tidak jauh. Aku membeli satu liter bensin dan langsung tancap gas
menuju ke sekolah.
Setibanya di sekolah ternyata murid-murid
sudah berkumpul di lapangan. Upacara hampir saja dimulai. Aku pun tergesa-gesa
berlari menuju ke lapangan upacara. Ketika
upacara dimulai kepala sekolah langsung memberi pengarahan tentang tata tertib
sekolah. Tiba-tiba datanglah seorang
guru untuk memeriksa kerapian murid-muridnya, dan sialnya rambutku dinilai panjang oleh guru. Dengan leluasa serta tak kuasa
kumenolak gunting yang ada digengaman guru mencabik-cabik rambutku.
Dengan rambutku yang tak karuan, aku
langsung masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Rupaya pelajaran tersebut
mempunyai pekerjaan rumah (PR) dan aku lupa mengerjakan tugas tersebut lalu dihukum oleh guru untuk membuat
tugas itu sebanyak tiga kali.
Aku langsung mengerjakan tugas itu. Sebelum aku mengerjakannya jam
pelajaran pun habis lalu aku disuruh
menulis beberapa kali lipat lagi oleh guru. Ketika sedang mengerjakan
tugas itu, teman-teman ribut di kelas karena jam pelajarannya kosong. Dengan senangnya teman-teman pun
bermain di kelas sehingga aku pun merasa terganggu. Aku menegurnya supaya tidak ribut lagi, ternyata mereka tidak senang dan tidak terima atas teguranku.
Temanku tadi langsung merobek tugas yang sedang kubuat. Aku merasa kesal dan
tanpa basa-basi lagi aku langsung menghajarnya sehingga terjadilah perkelahian. Kemudian kami dipanggil wali kelas ke kantor untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Aku ceritakan masalah tersebut dan kami pun disuruh untuk
bermaaf-maafan. Setelah itu kami
disuruh untuk melupakan masalah tersebut, akhirnya lonceng pun berbunyi
menandakan pulang sekolah. Kami pun langsung pulang ke rumah. Setibanya di rumah aku merasa senang
karena permasalahan tersebut telah selesai. Aku bercerita tentang
kejadian-kejadian yang aku alami di sekolah tadi dengan orang tuaku. Orang
tuaku pun menasehati agar selalu mengerjakan tugas tersebut dan mentaati peraturan
tata tertib yang ada di sekolah.
- Penutup
a. Simpulan
Keterampilan
menulis merupakan salah satu komponen dari keterampilan menulis. Keterampilan
menulis yang di berikan di sekolah merupakan rangkaian penting untuk
menghasilkan generasi yang terampil. Salah satu macam dari kegiatan menulis
adalah menulis karangan. Jenis karangan dalam pembelajaran di sekolah terdiri dari lima macam, yaitu karangan
narasi, deskripsi, persuasi, eksposisi, dan argumentasi. Salah satuu unsure
terpenting dalam menulis sebuah karangan adalah penggunaan ejaan, tanda baca,
diksi, dan konjungsi yang tepat. Apabila dalam kegiatan menulis karanagan telah
menggunakan unsure dengan baik, maka hasil dari tulisan tersebut akan mudah
dipahami dan apabila orang lain membaca tidak merasakan kerancuan dari bacaan
tersebut.
b. Saran
Untuk
para siswa, mahasiswa dan pembaca diharapkan dalam menulis sebuah karangan
lebih memperhatikan konjugsi yang tepat. Untuk menghasilkan karangan yang tidak
rancu. karena dengan hadirnya konjungsi yang tepat maka hubungan antarklausa
atau kalimat menjadi padu serta logis sehingga proposisi atau ide yang disampaikan menjadi mudah dipahami.
Daftar
Pustaka
Sumarlam. 2009. Analiis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra
Tarigan, Hary Guntur.
1987. Pengajaran Wacana. Bandung:
Angkasa Bandung.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar