Sabtu, 09 Februari 2013

Penggunaan Pungtuasi yang Tepat Guna Meningkatkan Keterampilan Menulis Surat Dinas Dengan menggunakan Model Number Head Thogether


Penggunaan Pungtuasi yang Tepat Guna Meningkatkan Keterampilan Menulis Surat Dinas Dengan menggunakan Model Number Head Thogether

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Bahasa
Dosen Pengampu: Drs. Suyoto, M.Pd


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY1BdfgvU4xOpTQ8V9dAq1AHnJYF8zY4zvIXmmAuSmfzHI63ImX2EF_T_zarlK2v05PZQ-efasZFL6wRbkmRLGozqzEjRNIi5zNAcTfgCczTrtGNOnL412SF_wDvDpBgHCT1Hw3H5r3a59/s400/ikip.jpg
 








Oleh:
Ario Dian Sulistyo
09410056
7B

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2012

Penggunaan Pungtuasi yang Tepat Guna Meningkatkan Keterampilan Menulis Surat Dinas Dengan menggunakan Model Number Head Thogether
Oleh: Ario Dian Sulistyo
Abstrak
Surat dinas adalah surat yang disampaikan oleh suatu instansi/lembaga kepada seseorang atau lembaga/instansi lainnya.untuk menulis surat dinas, diperlukan suatu keterampilan menulis, keterampilan tersebut berupa pemahaman yang tentang penggunaan tanda baca atau pungtuasi yang baik.
Macam-macam pungtuasi atau tanda baca berupa Tanda Baca Titik ( . ) Tanda Baca Koma ( , ) Tanda Baca Titik Koma ( ; ) Tanda Baca Titik Dua ( : ) Tanda Baca Hubungan ( - ) Tanda Baca Tanya ( ? ) Tanda Baca Seru ( ! ) Tanda Baca Kurung ((…)) Tanda Baca Petik (“…”) Tanda Baca Garis Miring (…/…) kesamuanya memimiliki fungsi yang berbeda-beda.
Untuk membelajarkan surat dinas diperlukan sebuah model yang pembelajaran yang tepat, salah satu model yang digunakan berupa Number Head Thogether, dalam pembelajaran siswa dituntut untuk bertanggung jawab dalam tugasnya serta dalam pebelajarannya dapat  bisa menyenangkan bagi peserta didik.

Surat Dinas, ( Pungtuasi )Tanda baca , Model pembelajaran Number Head Thogether.  
Pendahulun
Ada empat aspek keterampilan berbahasa yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam kemampuan berkomunikasi bahasa mencakup komunikasi lisan dan komunikasi, kedua komunikasi tersebut diperlukan keseimbangan antar kompetensi berbahasa dalam pembelajaran. Kemampuan membaca, menyimak, berbicara dan menulis merupakan alat ampuh pendukung kemampuan berpikir dan belajar (Cox, 1999).
                                                            1.
Dari keempat aspek keterampilan berbahasa yang masih kurang dipahami oleh seorang siswa berupa keterampilan menulis, baik menulis paragraf, naskah pidato ataupun menulis surat. Dalam menulis surat masih banyak kesalahan yang dialami oleh siswa,baik dari bentuk, ejaan serta kesalahan dalan penggunaan tanda baca  untuk menanggulangi kesalahan tersebut,  diperlukan sebuah keterampilan menulis.
penanggulangan masalah tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan keterampilan  peggunaan tanda baca/ pungtuasi dengan diterapkannya tanda baca dalam menulis surat dengan baik tentunya akan meningkatkan kreatifitas dalam keterampilan menulis.  Selain itu juga diperlukan sebuah model pembelajaran yang tepat dalam menulis surat, salah satu model pembelajaran yang digunakan berupa model Number Head Thogether,sebuah model pembelajaran yang meninggkatkan tanggung jawab yang besar serta meningkatkan keberanian kepada setiap peserta didik.
1.      Rumusan Masalah
a.Bagaimana penggunaan pungtuasi guna meningkatkan keterampilan menulis surat dinas?
b. Bagaimana penggunaan model Number Head Thogether guna meningkatkan keterampilan menulis surat Dinas?
2.      Tujuan
a.       Setelah menggunakan pungtuasi yang tepat Siswa dapat meningkatkan keterampilan menulis surat dinas .
b.      Setelah menerapkan model Number Head Thogether dalam pembelajaran siswa memperoleh keterampilan menulis surat Dinas.
3.      Hasil  
Pungunaan pungtuasi serta model pembelajaran Number Head Thogether dapat meningkatkan keterampilan menulis surat dinas.
Pembahasan
Menulis menurut Henry Guntur Tarigan (1986: 15) Dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai. kalau menurut M. Atar Semi (2007: 14) dalam bukunya mengungkapkan pengertian menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan.
                                                            2.
Sedangkan menurut  (Syafi’ie,1998:45). Menulis adalah membuat huruf, angka dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, untuk melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tulisan. Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain.
Jadi menulis adalah: proses kreatif untuk menuangkan ide, pendapat, perasaan, keinginan, kemauan dan gagasan kedalam lambang-lambang tulisan dengan menggunakan bahasa tulis kemudian mengirimkan kepada orang lain.    
 Untuk menuangkan ide, gagasan, atau perasaan dapat diungkapkan kedalam sebuah artikel, makalah, ataupun surat, baik surat resmi, surat pribadi ataupun surat dinas. Surat dinas adalah surat yang disampaikan oleh suatu instansi/lembaga kepada seseorang atau lembaga/instansi lainnya.
Surat dinas adalah surat yang  ditulis untuk keperluan komunikasi antara kantor yang satu dan kantor yang lain atau antar organisasi. Surat dinas dibuat oleh seseorang yang berkedudukan sebagai pejabat instansi pemerintah sehingga surat ini disebut juga surat jabatan. Surat dinas adalah surat yang dikirimkan oleh instansi/lembaga/ organisasi/badan/institusi (terutama pemerintahan) kepada seseorang atau instansi lain. Surat dinas berisi berbagai hal yang berhubungan dengan Kepentingan administrasi pemerintahan.

Jadi dapat disimpulkan surat dinas adalah: surat yang disampaikan oleh suatu Instansi/ lembaga/organisasi/badan institusi yang ditulis untuk keperluan komunikasi antar kantor satu dengan kantor yang lain yang berhubungan dengan kepentingan administrasi pemerintahan.

Surat dinas adalah surat yang penting karena berhubungan dengan suatu instansi/ lembaga, maka surat dinas merupakan salah satu surat  resmi,oleh karena itu dalam penulisan surat dinas ada aturan serta format dalam penulisan yang harus dipenuhi. Untuk menulis surat dinas diperlukan suatu keterampilan, berupa pemahaman tentang tanda baca atau pungtuasi karena puntuasi merupakan penjelas dalam bahasa tulis, tanpa adanya pungtuasi tidaklah mungkin bahasa tulis dapat dipahami oleh pembaca. 

                                                                                3.
Tanda baca pada hakekatnya adalah merupakan alat Bantu yang berupa tanda-tanda baca untuk memperjelas maksud serta tujuan yang terkadung dari bahasa itu sendiri. Tanpa adanya tanda baca, suatu bahasa akan sangat sulit menduduki dirinya sebagai sarana komunikasi yang paling efektif ( Nafiah, 1981 : 12 ).
Pungtuasi (tanda baca) adalah simbol-simbol  yang digunakan untuk memisahkan kata, frase dan kalimat sehingga kalimat menjadi jelas dan mudah dipahami. Tanda baca sangat  penting untuk digunakan dalam sebuah bahasa lisan maupun tertulis. Dalam sebuah bahasa tertulis, pemakaian tanda baca membantu mengungkapkan makna yang dimaksudkan kalimat.
 Di samping itu tanda baca juga dapat berperan dalam suatu tulisan yaitu sebagai alat pengganti terhadap unsur – unsur bahasa lisan seperti intonasi, dan lain sebagainya yang terdapat dalam bahasa lisan. Apabila tanda baca tidak ada maka akan menyulitkan pembaca memahami isim karangan. ( Akhadiah 1992 : 25 )
Jadi dapat disimpulkan bahwa pungtuasi adalah: simbol-simbol  yang digunakan untuk memisahkan kata, frase dan kalimat untuk memperjelas maksud serta tujuan yang terkandung didalam bahasa tulis agar bahasa tulis itu jelas dan mudah dipahami oleh pembaca.
Macam-macam pungtuasi atau tanda baca
Tanda Baca Titik ( . ) Tanda Baca Koma ( , ) Tanda Baca Titik Koma ( ; ) Tanda Baca Titik Dua ( : ) Tanda Baca Hubungan ( - ) Tanda Baca Tanya ( ? ) Tanda Baca Seru ( ! ) Tanda Baca Kurung ((…)) Tanda Baca Petik (“…”) Tanda Baca Garis Miring (…/…)
Dalam penggunaan pungtuasi tidak sembarangan dan ada aturan dalam penempatannya, aturan-aturannya sebagai berikut:
a.       Tanda Titik ( . )
  1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
  2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang
  3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, atau sapaan.
  4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.
4.
  1. Tanda titik yang dipakai dalam singkatan yang terdiri atas huruf – huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya.
  2. Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
b.           Tanda Koma ( , )
1.      Tanda koma dipakai diantara unsur–unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
2.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara  berikutnya yang didahului kata seperti, tetapi dan melainkan
3.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimat
4.      Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat itu mengiringi induk kalimat.
5.      Tanda koma dipakai dibelakang ungkapan atau kata sambung antara kalimat.
6.      Tanda koma dibelakang kata – kata seperti : o, ya, wah, aduh, yang terdapat pada awal – awal kalimat.
7.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain kalimat.
8.      Tanda koma dipakai diantara nama dan alamat, tempat dan tanggal, nama wilayah atau negri yang ditulis berurutan.
9.      Tanda koma dipakai diantara nama penerbit dan tahun penerbit.
10.  Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar Tanda koma dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya,untuk membedakan singkatan nama keluarga atau marga.
11.  Tanda koma dipakai dimuka angka persepuluhan dan diantara rupiah dengan sendalam bilangan.
c.       Tanda Titik Koma ( ; )
1.      Tanda titik koma dapat dipakai untuk memilih bagian – bagian kalimat yang sejenis dan setara.
2.      Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara didalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penyambung.
5.
d.        Tanda Titik Dua ( : )
1.      Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
2.      Tanda titik dua digunakan setelah ungkapan atau kata yang memerlukan pemberian.
3.      Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan.
4.      Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemberian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
e.         Tanda Hubung ( – )
1.      Tanda hubung menyambung suku–suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian  baris.
2.      Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata debelakangnya, atau akhiran  dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
3.      Tanda hubung menyambung unsur – unsur kata ulang.
4.      Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu – satu, bagian – bagian tanggal,  dan suku kata yang dipisah – pisahkan.
5.       Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian – bagian ungkapan.
f.         Tanda Pisah ( _ )
1.      Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus diluar bangun kalimat.
  1. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat  menjadi lebih jelas.
3.       Tanda pisah dipakai diantara dua bilangan berarti sampai dengan atau diantara  nama   kota berarti ke atau sampai.
g.      Tanda Elipsis ( … )
Tanda elipsis ( titik – titik ) yang dilambangkan dengan tiga titik (…) dipakai untuk menyatakan hal – hal sebagai berikut :
    Tanda elipsis untuk menggambarkan kalimat yang terputus – putus.
                                                            6.                    
h.       Tanda Tanya ( ? )
1.      Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
2.      Tanda Tanya dipakai diantara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang  bersangsikan atau kurang dapat di buktikan kebenarannya.
i.          Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan atau rasa emosi yang kuata.
j.           Tanda Kurung ( (…) )
1.      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
2.      Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan.
3.      Tanda kurung yang mengapit huruf  atau  kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
k.          Tanda Kurung Siku ( [ ] )
Tanda kurung siku dipakai mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai   koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang di tulis orang lain.
l.             Tanda Petik ( “…..” )
1.       Tanda petik mengapit petikan langsung yang  berasal  dari  pembicaraan, naskah  atau bahan tulis yang lain.
2.      Tanda petik mengapit judul syair, karangan, bab buku apabila dipakai dalam kalimat.
3.      Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
4.       Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang di kenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
m.         Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petika lain.
                                                            7.

n.           Tanda Garis Miring ( / )
1.      Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
2.      Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.
o.          Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda Apostrof menunjukan penghilangan bagian kata.
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN KUDUS

Kudus, 21 April 2011
Nomor           : 007/DIKPORA/KT/IV/2011
Lampiran         :      :
Perihal           : Undangan
Yth. Sdr. Indra Permana
Jl. Cendrawasih No. 12
Perum Gading Mas
Jekulo

Dengan hormat,
Kami mengundang Saudara untuk menghadiri rapat yang akan diadakan pada:
Hari             : Selasa, 25 April 2011
Tempat       : Gedung pertemuan DIKPORA Kab. Kudus
Waktu          : 10.00 - 12.00 WIB
Acara           : Dengar pendapat dengan Dewan DPRD Kab. Kudus
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih
                                                                                                                                                                                                                                    Hormat kami,

Kepala Dinas Dikpora Kab. Kudus
                                                                                    Drs. Adullah hasnawai
                                                            8.

Langkah-langkah model pembelajaran  Number Head Thogether
1.      Siswa dibagi menjadi beberapa kelmpok, setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor
2.      Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3.      Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4.      Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja mereka
5.      Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6.      Kesimpulan  

Penerapan model pembelajaran Number Head Thogether
1.      Guru menyampaikan materi tentang pengertian,fungsi,sturuktur, serta tata cara menuis surat dinas kepada semua siswa
2.      Guru membentuk kelompok kemudian setiap kelompok menerima nomor berdasarkan jumlah kelompoknya
3.      Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk menulis satu surat dinas
4.      Setelah waktu selesai, guru memanggil salah satu nomor untuk mempertanggung jawabkan hasil diskusinya, dengan cara menuliskan hasil surat dinas didepan kelas sesuai yang telah dikerjakan bersama dengan kelompoknya.
5.      Setelah selesai menulis surat dinas, guru memanggil salah satu nomor.
6.      Bagi siswa yang memiliki nomor sesuai ditunjuk oleh guru, siswa menanggapi hasil surat dinas yang telah ditulis oleh siswa di depan kelas.
7.      Siswa dibantu oleh guru menympulkan materi yang telah dipelajari. 
Kelebihan model pembelajaran Numbered head together:
  1. Setiap siswa menjadi siap dalam belajar.
  2. Siswa memiliki motivasi untuk serius dalam belajar.
  3. Dapat bertukar pikiran dengan siswa yang lain


9.
Kekurangan model pembelajaran numbered heads together:
1.      Tidak semua nomor dipanggil oleh guru.
2.      Bagi siswa yang tidak terpanggil akan menjadi jenuh dan cenderung kembali pasif.
3.      Guru tidak mengetahui masing-masing kemampuan siswa
4.      Waktu yang dibutuhkan banyak

Simpulan
Menulis surat Dinas merupakan salah satu aspek dalam pembelajaran berbahasa, surat dinas hanya digunakan oleh suatu instansi/ lembaga, sehingga dikatakan sebagai surat resmi selain itu tujuan utamanya sebagai alat untuk berkomunikasi dalam bahasa tulis.
Walupun surat dinas merupakan ragam resmi namun masih banyak ksalahan dalam dalam penulisannya. Untuk meningkatkan keterampilan menulis surat dinas, diajarkan tentang penggunaan tanda  baca/ Pungtuasi yang tepat, dengan maksud agar siswa bisa terampil dalam menulis surat dinas yang baik.
Guna menerapkan pembelajaran di sekolah diperlukan sebuah model pembelajaran yang tepat berupa model Number Head Thogether, dengan model itu siswa lebih tertarik dalam pembelajaran, dan meningkatkan tanggung jawab bagi siswa sehingga materi yang disampaikan oleh guru dapat di terima secara maksimal.   

Daftar Rujukan
Tarigan, Hary Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa Bandung.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

                       




                                                            10.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar