Sabtu, 15 September 2012

RESENSI RANAH TIGA WARNA


RANAH 3 WARNA

Judul                           : Ranah 3 Warna
Penerbit                       : Gramedia Pustaka Utama
Penulis                         : Ahamd Fuadi
Tebal                           : Xii + 473 halaman
Kategori                      : Novel Islami

Pada tanggal 23 Januari 2011, mungkin merupakan waktu yang sudah dinantikan para pecinta karya fiksi berjenis novel. Pada hari itu sebuah master piece yang penuh dengan” keajaiban” buah karya dari anak bangsa, beredar, dan terbit di bumi khatulistiwa. Apakah novel itu?? Novel tersebut adalah Ranah 3 Warna, novel kedua dari tritologinya Negeri 5 Menara. Tentunya pecinta novel indonesia sudah tidak sabar lagi untuk membacanya.
Novel kedua ini merupakan tongkat estafetdari hikayat novel pertamanya dari Ahmad Fuadi. Sebelumnya, pada novel Negeri 5 Menara, pembaca seakan” dibakar” dan di kucur oleh aliran hikmah pada sebuah pengalaman atmosfir pendidikan yang sangat inspiratif. Dimana salah satupesan utamayang ditonjolkan adalah sebuah kalimat penggugat tekad”man jadda wajada”,  yakni pepatah Arab memiliki arti”siapa yang sungguh-sungguh akan sukses”.
Selain itu pengalaman dari para tokoh di novel tersebut mengajarkan mereka dan juga pembaca setanya bahwa apapun dapat diraih selama didukung oleh usaha dan doa. Novel yang mendapatkan penghargaan sebagai Nominasi Khatulistiwa Literary Award 2010, penulis dan fiksi terfavorit, serta anugerah pembaca Indonesia 2010 tersebut, menekankan kepada kita semua bahwa jangan meremehkan setiap mimpi, karena setinggi apapun mimpi kita, sungguh akan didengar oleh Tuhan Yang Maha Menggenggam setiap mimpi-mimpi para insan ciptaan-Nya.
Kemudian, hikayat apa yang muncul dalam novel Ranah 3 Warna ini?? Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia bahkan sudah bisa bermimpi dalm bahasa Arab dan Inggris. Apa impiannya?? Sangat tinggi. Dia ingin belajar teknologi tinggi di kota Bandung seperti Prof. BJ Habibie, sang mantan presiden Indonesia ketiga. Bahkan, ia punya cita-cita ingin merantau sampai benua Amerika. Dengan semangat menggelegak dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin segera meneruskan pendidikan ke bangku kuliah. Namun kawan karibnya, Randai meragukan dirinya mampu lulus UMPTN. Ia sadar, satu hal penting yang tidak ia miliki. Ijazah SMA. Ya, bagaimana mengejar semua cita-cita tinggi tersebut tanpa ijazah. Terinspirasi dari semangat tim dinamit Denmark, dia mencoba mendobrak rintangan berat. Baru saja dia bisa tersenyum, badai masalah segera menggempurnya silih berganti tanpa ampun. Alif letih dan mulai bertanya-tanya. Sampai kapan dia harus teguh bersabar menghadapi semua cobaan hidup ini. Hampir saja dia menyerah.
Rupanya dengan “mantra” man jadda wajada saja tidak cukup sakti dalam memenangkan hidupnya. Alif  teringat “mantra” kedua yang di ajarkan di Pondok Madani, yaitu man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal kedua mantra itu, dia akhirnya bertekad untuk menyongsong badai hidup satu persatu.
Bisakah Alif memenangkan semua impiaannya itu?? Kemana nasib akan membawanya?? Apa saja tiga ranah berbeda warna tersebut? Siapakah Raisa? Serta bagaimanakah pula persaingannya dengan Randai? Serta bagaimanakah kabar Sahibul Menara? Mengapa sampai muncul obelix, orang indian, Michael Jordan dan Kesatria Berpantun?? Apa hadiah yang diberikan Tuhan untuk sebuah kesabaran yang kukuh?? Semuanya akan terjawab di buku kedua karya Ahmad Fuadi ini.
Ranah 3 Warna adalah hikayat bagaimanapun juga impian ini tetap wajib dibela habis-habisan walau hidup digulung nestapa. Ya, Tuhan selalu bersama orang-orang yang sabar. Ditulis oleh Ahmad Fuadi, seorang mantan wartawan, penerima delapan beasiswa luar negeri dan pencinta fotografi. Penulis pernah tinggal di Kanada, Singapura, Amerika Serikat dan Inggris. Alumni Pondok Modern Gontor, HI Unpad, George Washington University dan Royal Holloway dan University dan Royal Holloway dan University of London. Bahkan penulis meniatkan sebagian royalti dari trilogi dari trilogi ini untuk membangun Komunitas Menara. Sebuah yayasan sosial yang berfungsi untuk membantu pendidikan orang yang tidak mampu, yang berbasiskan sukarelawan. Jika membaca novel kedua dari triloginya Negeri 5 Menara akan mendapat banyak hikmah dan manfaatnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar