Sabtu, 09 Februari 2013

Penggunaan Konjungsi Yang Tepat Dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Karangan


Penggunaan Konjungsi Yang Tepat Dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Karangan
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Bahasa
Dosen Pengampu: Drs. Suyoto, M.Pd


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY1BdfgvU4xOpTQ8V9dAq1AHnJYF8zY4zvIXmmAuSmfzHI63ImX2EF_T_zarlK2v05PZQ-efasZFL6wRbkmRLGozqzEjRNIi5zNAcTfgCczTrtGNOnL412SF_wDvDpBgHCT1Hw3H5r3a59/s400/ikip.jpg
 








Oleh:
NURVITA SARI
09410082
7B

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2012
Penggunaan Konjungsi Yang Tepat Dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Karangan

Abstrak
Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan berbahasa komponen menulis pada siswa adalah pembelajaran menulis karangan. Jenis karangan yang yang selalu diberikan di sekolah adalah karangan narasi, deskripsi, persuasi, eksposisi dan argumentasi. Dengan keterampilan menulis karangan, siswa mampu menuangkan ide maupun gagasannya dalam bentuk tulisan. Namun beberapa siswa belum memahami penggunaan konjungsi yang tepat dalam menulis karangan. Karena dalam kaidah bahasa Indonesia penggunaan konjungsi harus disesuaikan dengan konteks kalimat yang akan ditulisnya. Selain itu, penggunaan konjungsi dapat depengaruhi dengan diksi yang digunakan oleh penulis.
Kata-kata kunci: pembelajaran, keterampilan menulis, menulis karangan, penggunaan konjungsi.
  1. Pendahuluan
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang dimiliki oleh manusia. Komunikasi yang menggunakan bahasa dapat dilakukan secara lisan maupun bentuk tulisan. Dengan menggunakan bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari orang lain, dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Berkomunikasi dengan bahasa lisan dan tulisan selain dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar juga dapat memperluas wawasan. Keterampilan berbahasa juga meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Tarigan, 1986: 1).
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang seharusnya dimiliki oleh semua orang dalam rangka menyampaikan ide atau gagasan. Golberg (2006:30) mengungkapkan bahwa menulis merupakan proses yang membangkitkan kreativitas dan memperkuat kesadaran kita tentang dunia sekitar. Hal ini memiliki pemahaman bahwa menulis bukan hanya sekedar berbicara mengenai bahasa yang dikuasai oleh penulis, tetapi unsur lain pun dapat diungkapkan. Maka, tulisan dapat dikatakan sebagai produk atau cerminan dari apa yang dipikirkan, apa yang dikuasai, dan apa yang diutarakan penulisnya. Oleh karena itu, keterampilan menulis dianggap keterampilan yang paling sulit dibandingkan dengan tiga keterampilan berbahasa yang lain.
Kegiatan menulis merupakan kompetensi yang ada didalam kurikulum, khususnya dalam kegiatan mengarang. Dalam kegiatan tersebut dibutuhkan keterampilan yang mendasar dasi aspek berbahasa, yaitu menulis dengan mengungkapkan ide atau gagasan seseorang dalam bentuk tulisan. Hal ini sama dengan pendapat yang diungkapkan oleh Tarigan (1986: 21) bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang- lambang grafik yang menggambarkan suatu           bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Menulis karangan merupakan komponen penting yang diajarkan di sekolah. Jenis karanagan yang sering diberikan di sekolah yaitu, karangan narasi, deskripsi, persuasi, eksposisi, dan argumentasi. Dalam menyusun sebuah karangan yang perlu diperhatikan adalah ejaan, tanda baca, diksi dan penggunaan konjungsi yang tepat. Konjungsi merupakan kata yang menghubungkan antar kata, klausa, kalimat, maupun paragaraf.
  1. Pembahasan
a.      Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
b.      Keterampilan menulis
Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa diakui oleh umum. Menulis merupakan keterampilan yang mensyaratkan penguasaan bahasa yang baik. Dalam belajar bahasa, menulis merupakan kemahiran tingkat lanjut. Semi (1995: 5) berpendapat bahwa pengajaran menulis merupakan dasar untuk keterampilan menulis.
Penulis sendiri berpandangan bahwa untuk menulis, pembelajar harus menguasai kaidah tata tulis, yakni ejaan, dan kaidah tata bahasa, morfologi dan sintaksis. Di samping itu, penguasaan kosakata yang banyak diperlukan pula. Selain itu kata hubung merupakan faktor penting untuk memberikan makna yang lebih mudah dipahami.
c.       Menulis karangan
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. berikut adalah pengertian dari beberapa karangan yang diajarkan di sekolah:
1.      Karangan Narasi
Karangan narasi ialah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa yang biasanya disusun  menurut  urutan  waktu. Yang termasuk narasi ialah cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, biografi, otobiografi.
Ciri-ciri/karakteristik karangan Narasi
a.       Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa
b.      Disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir
c.       Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian
d.      Latar (setting) digambarkan secara hidup dan terperinci
2.      Karangan Deskripsi
Karangan Deskripsi ialah karangan yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu seakan-akan pembaca melihat, mendengar, merasakan, mengalaminya sendiri.
Ciri-ciri / karakteristik karangan deskripsi
a.       Melukiskan atau menggambarkan suatu objek tertentu
b.      Bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca agar seolah-olah mereka melihat, merasakan, mengalami atau mendengar, sendiri suatu objek yang  dideskripsikan
c.       Sifat penulisannya objektif karena selalu mengambil objek tertentu, yang dapat berupa  tempat, manusia, dan hal yang dipersonifikasikan
d.      Penulisannya dapat menggunakan cara atau metode realistis (objektif), impresionistis (subjektif), atau sikap penulis
3.      Karangan Eksposisi
Karangan Eksposisi adalah bentuk karangan yang memaparkan, memberi keterangan, menjelaskan, memberi informasi sejelas-jelasnya mengenai suatu hal.
Ciri-ciri/karakteristik karangan Eksposisi
a.       Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya
b.      Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (data faktual)
c.       Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak
d.      Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap fakta yang ada.
e.       Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses kerja sesuatu.
4.      Karangan Persuasi
Karangan Persuasi adalah karangan yang tujuannya untuk membujuk pembaca agar mau mengikuti kemauan atau ide penulis disertai alasan bukti dan contoh konkrit.
5.      Karangan Argumentasi
Karangan Argumentasi adalah karangan yang isinya bertujuan meyakinkan atau mempengaruhi pembaca terhadap suatu masalah dengan mengemukakan alasan, bukti, dan contoh nyata.
 Ciri-ciri/karakteristik karangan Argumentasi
a.       Berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan pengarang sehingga kebenaran itu diakui oleh pembaca
b.      Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta, grafik, tabel, gambar
c.       Dalam argumentasi pengarang berusaha mengubah sikap, pendapat atau pandangan pembaca
d.      Dalam membuktikan sesuatu, pengarang menghindarkan keterlibatan emosi dan menjauhkan subjektivitas
e.       Dalam membuktikan kebenaran pendapat pengarang, kita dapat menggunakan bermacam-macam pola pembuktian
d.      Penggunaan konjungsi
Konjungsi menjadi unsur yang sangat penting dalam pembentukan wacana terutama dalam wacana tulis termasuk dalam karangan, karena dengan hadirnya konjungsi yang tepat maka hubungan antarklausa atau kalimat menjadi padu serta logis sehingga proposisi atau ide yang disampaikan menjadi mudah dipahami.
Konjungsi, konjungtor, atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Konjungsi terbagi dari empat macam, yaitu:
1.    Konjungsi koordinatif; menghubungkan dua atau lebih unsur (termasuk kalimat) yang sama pentingnya atau setara. Kalimat yang dibentuk disebut kalimat majemuk setara. Contoh: dan, serta, atau, tetapi, melainkan, padahal, sedangkan.
2.    Konjungsi korelatif; menghubungkan dua atau lebih unsur (tidak termasuk kalimat) yang memiliki status sintaksis yang sama dan membentuk frasa atau kalimat. Kalimat yang dibentuk agak rumit dan bervariasi, kadang setara, bertingkat, atau bisa juga kalimat dengan dua subjek dan satu predikat. Contoh: baik ... maupun, tidak hanya ..., tetapi juga, bukan hanya ..., melainkan juga, demikian ... sehingga, sedemikian rupa ... sehingga, apa(kah) ... atau, entah ... entah, jangankan ..., ... pun.
3.    Konjungsi subordinatif; menghubungkan dua atau lebih klausa yang tidak memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi membentuk anak kalimat yang jika digabungkan dengan induk kalimat akan membentuk kalimat majemuk bertingkat.
1)         Konjungsi subordinatif waktu; sejak, setelah, sesudah, usai, selesai.
2)         Konjungsi subordinatif syarat; jika, apabila.
3)         Konjungsi subordinatif pengandaian; andaikan
4)         Konjungsi subordinatif tujuan; agar, supaya.
5)         Konjungsi subordinatif konsesif; biarpun, walaupun, meskipun.
6)         Konjungsi subordinatif pembandingan; ibarat
7)         Konjungsi subordinatif sebab-akibat; karena, sebab, maka, makanya.
8)         Konjungsi subordinatif hasil; sehingga
9)         Konjungsi subordinatif alat; dengan
10)     Konjungsi subordinatif cara; tanpa, dengan (cara) begitu.
11)     Konjungsi subordinatif komplementasi; bahwa
12)     Konjungsi subordinatif atributif; yang
13)     Konjungsi subordinatif perbandingan; sama ... dengan
14)     Konjungsi subordinatif perlawanan; sebaliknya.
15)     Konjungsi subordinatif urutan; lalu, terus, kemudian.
16)     Konjungsi subordinatif harapan; moga-moga, semoga.
17)     Konjungsi subordinatif pilihan; atau, apa.
18)     Konjungsi subordinatif penambahan; dan, juga, serta.
4.             Konjungsi antarkalimat; merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat sendiri.
Contoh penggunaan konjungsi yang tepat pada karangan narasi:
Pengalaman yang mengesankan
Ketika  bangun  pada hari  Senin  pagi, aku  sangat terkejut  karena   melihat jam di kamar telah  menunjukkan  pukul  06.30 WIB. Aku  langsung  bangun  dan  menuju  ke kamar  mandi. Sampai  di  kamar  mandi  tiba-tiba aku  terpeleset dan hampir saja mencederaiku.
Setelah mandi, aku berpakaian sekolah, sarapan pagi lalu berangkat sekolah dengan menggunakan sepeda motor. Sesampainya di sekolah kulihat tasku untuk mengambil topi. Betapa terkejutnya aku, ternyata topiku tidak ada di dalam tas. Karena hari itu hari senin (ada upacara bendera) aku pulang ke rumah untuk mengambil topi. Selesai mengambil topi aku kembali lagi ke sekolah dengan menaiki sepeda motor. Tiba-tiba di jalan motorku mogok, setelah diperiksa ternyata bensinnya habis. Terpaksa kudorong motor untuk mencari tempat penjualan bensin eceran. Untunglah tempat penjualan bensin itu tidak jauh. Aku membeli satu liter bensin dan langsung tancap gas menuju ke sekolah.
Setibanya di sekolah ternyata murid-murid sudah berkumpul di lapangan. Upacara hampir saja dimulai. Aku pun tergesa-gesa berlari menuju ke lapangan upacara. Ketika upacara dimulai kepala sekolah langsung memberi pengarahan tentang tata tertib sekolah. Tiba-tiba datanglah seorang guru untuk memeriksa kerapian murid-muridnya, dan sialnya rambutku dinilai panjang oleh guru. Dengan leluasa serta tak kuasa kumenolak gunting yang ada digengaman guru mencabik-cabik rambutku.
Dengan rambutku yang tak karuan, aku langsung masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Rupaya pelajaran tersebut mempunyai pekerjaan rumah (PR) dan aku lupa mengerjakan tugas tersebut lalu dihukum oleh guru untuk membuat tugas itu sebanyak tiga kali.
Aku langsung mengerjakan tugas itu. Sebelum aku mengerjakannya jam pelajaran pun habis lalu aku disuruh menulis beberapa kali lipat lagi oleh guru. Ketika sedang mengerjakan tugas itu, teman-teman ribut di kelas karena jam pelajarannya kosong. Dengan senangnya teman-teman pun bermain di kelas sehingga aku pun merasa terganggu. Aku menegurnya supaya tidak ribut lagi, ternyata mereka tidak senang dan tidak terima atas teguranku. Temanku tadi langsung merobek tugas yang sedang kubuat. Aku merasa kesal dan tanpa basa-basi lagi aku langsung menghajarnya sehingga terjadilah perkelahian. Kemudian kami dipanggil wali kelas ke kantor untuk menyelesaikan masalah tersebut. Aku ceritakan masalah tersebut dan kami pun disuruh untuk bermaaf-maafan. Setelah itu kami disuruh untuk melupakan masalah tersebut, akhirnya lonceng pun berbunyi menandakan pulang sekolah. Kami pun langsung pulang ke rumah. Setibanya di rumah aku merasa senang karena permasalahan tersebut telah selesai. Aku bercerita tentang kejadian-kejadian yang aku alami di sekolah tadi dengan orang tuaku. Orang tuaku pun menasehati agar selalu mengerjakan tugas tersebut dan mentaati peraturan tata tertib yang ada di sekolah.

  1. Penutup
a.     Simpulan
Keterampilan menulis merupakan salah satu komponen dari keterampilan menulis. Keterampilan menulis yang di berikan di sekolah merupakan rangkaian penting untuk menghasilkan generasi yang terampil. Salah satu macam dari kegiatan menulis adalah menulis karangan. Jenis karangan dalam pembelajaran di sekolah  terdiri dari lima macam, yaitu karangan narasi, deskripsi, persuasi, eksposisi, dan argumentasi. Salah satuu unsure terpenting dalam menulis sebuah karangan adalah penggunaan ejaan, tanda baca, diksi, dan konjungsi yang tepat. Apabila dalam kegiatan menulis karanagan telah menggunakan unsure dengan baik, maka hasil dari tulisan tersebut akan mudah dipahami dan apabila orang lain membaca tidak merasakan kerancuan dari bacaan tersebut.
b.    Saran
Untuk para siswa, mahasiswa dan pembaca diharapkan dalam menulis sebuah karangan lebih memperhatikan konjugsi yang tepat. Untuk menghasilkan karangan yang tidak rancu. karena dengan hadirnya konjungsi yang tepat maka hubungan antarklausa atau kalimat menjadi padu serta logis sehingga proposisi atau ide yang disampaikan menjadi mudah dipahami.


Daftar Pustaka
Sumarlam. 2009. Analiis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra
Tarigan, Hary Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa Bandung.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar