PERANAN KEMAMPUAN MEMBACA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA SISWA DI KELAS
SEMINAR BAHASA
Disusun Oleh:
ADITYA HENDRA SUKMANA
NPM 09410050
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pelajaran
membaca dan berbicara di Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama ini cenderung
diabaikan, disebabkan oleh adanya anggapan anggapan yang salah terhadap
pengajaran kemampuan membaca dan berbicara itu sendiri. Kebanyakan kita sepakat
bahwa pengajaran membaca dan berbicara siswa itu telah berakhir ketika telah
dapat membaca dan menulis, yaitu ketika selesainya pengajaran membaca dan
menulis permulaan, sekitar kelas tiga Sekolah Dasar (SD). Sehingga pada jenjang
sekolah yang lebih tinggi, pengajaran membaca dan berbicara tidak mendapat
perhatian. Akibatnya kebiasaan membaca dan berbicara yang buruk terus
berkembang sampai orang menjadi dewasa.
Kemampuan membaca dan kemampuan herbicara
sebagaimana yang dikatakan oleh beberapa para ahii memiliki teori dan
pelatihan, menyikapi masalah itu terutama siswa dalam mengembangkan kemampuan
dan kecermatan membaca serta kemampuan berbicaranya, untuk mengembangkan atau
menyampaikan beberapa masalah, penting mengingat kemampuan membaca dan
kemampuan berbicara telah menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari
saat ini.
Membaca dan berbicara yang baik dan benar akan
membantu proses pendidikan untuk mencapai tujuannya, maka kehadiran membaca dan
berbicara menentukan keberhasilan pendidikan sebab siswa, mudah memahami isi bacaan,
memahami tujuan berbicara. Dalam keadaan bagaimanapun membaca dan berbicara
bisa dilepas begitu saja karena merupakan bagian dari kebutuhan hidup manusia
yang tak dapat dipisahkan. Peranan membaca dan berbicara pada siswa sangat
penting terutama untuk berpikir dan bernalar.
Membaca dan berbicara
itu sangat penting dalam pendidikan antata lain disebutkan bahwa siswa
diusahakan agar memiliki pengetahuan fungsional tentang bahasa dan penggunaannya
sebagai alat yang sangat penting untuk melakukan komunikasi dengan orang lain
dan untuk bersosialisasi dengan masyarakat luas maka peran bahasa dalam membaca
dan berbicara dirasakan sangat berfungsi sebagaimana disebutkan ahli bahasa
tentang fungsi bahasa yang menyebutkan bahwa :
a. Untuk menyatakan ekspresi
b. Sebagai alat komunikasi
c. Alat untuk mengadakan adaptasi sosial
d. Alat untuk mengadakan kontrol sosial (Keraf, 1979:3)
Sebagai alat untuk mengadakan ekspresi bahasa secara
terbuka segala yang tersirat dalam hati,
sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan, dan unsur yang
mendorong dalam ekspresi adalah :
a. Agar menarik perhatian orang lain
b. Keinginan untuk membebaskan diri dari semua tekanan emosi
Sebenarnya fungsi yang dikembangkan diatas, tidak dapat
terpisah satu sama lain, dalam kenyataan sehari-hari sehingga untuk menetapkan
dimana yang satu mulai dan dimana yang satu berakhir sangatlah sulit. Pada
tahap permulaan waktu kecil belajar menyimak kemudian berkembang menjadi
belajar berbicara. Hal ini berlangsung terus menerus sehingga seseorang menjadi
dewasa dan belajar membaca. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari
ekspresi komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi tidak diterima oleh orang
lain.
Dengan komunikasi dapat menyampaikan apa yang
dirasakan dan diketahui kepada orang lain. Dengan komunikasi itu pula siswa
belajar membaca dan berbicara. Membaca dan berbicara merupakan saluran maksud,
rnelahirkan perasaan dan memungkinkan untuk kerja sama dengan semua orang ,
juga memungkinkan manusia menganalisa masa lalunya untuk meniti hasil yang
berguna masa kini dan masa yang akan datang. Dalam pengalaman seharihari
katakan dari sejak kecil sehingga menjadi seorang dewasa membaca dan berbicara
perseorangan mengalami perkembangan dengan bertambahnya pengalaman seseorang.
Bila kita bandingkan membaca dan berbicara merupakan sistem keseluruhan dengan
fungsi bahasa bertahap-tahap secara individual, yaitu fungsi bahasa jauh lebih
luas pada waktu seseorang telah dewasa, maka dapat dibayangkan bahwa membaca
dan berbicara mengalami perkembangan dari zaman ke zaman dan perkembangan
intelektual itu sendiri.
Proses membaca dan
berbicara melibatkan faktor intelektual karena semua sepakat bahwa membaca dan
berbicara pada hakikatnya adalah sebuah proses berpikir, sebagaimana yang
dikatakan oleh seorang ahli membaca(Edward L. Thoradike), bahwa proses membaca
itu tak ubahnya dengan proses ketika seorang sedang berpikir dan bernalar.
Dalam membaca dan berbicara ini terlibat aspek-aspek berpikir seperti
mengingat, memahami, membeda-bedakan, membandingkan dan pada akhirnya
menerapkan apa yang terkandung dalam bacaan dan pembicaraa.
Bukankah in melibatkan
cara-cara berpikir induktif, berpikir deduktif dan cara berpikir abstrak? Untuk
inilah dalam membaca dan berbicara diperlukan cara yang berupa kemampuan
intelektual yang tinggi. Jika dilihat dari aspek intelektual yang lainseperti
minat. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa adanya
korelasi yang tinggi antara minat terhadapbacaan dan kemampuan membaca dan
kemampuan berbicaranya (Nurhadi, 1995:13).
Seorang siswa yang mempunyai minat dan perhatian yang tinggi
terhadap bacaan tertentu, dapat dipastikan akan memperoleh pemahaman yang lebih
baik terhadap topik tersebut dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat
terhadap topik tersebut. Demikian pila penelitian hubungan antara tujuan
membaca dan berbicara dengan perubahan gerak mata pada waktu membaca dan
berbicara. Dalam penelitian terlihat bahwa perbahan tujuan membaca dan
berbicara berakibat terjadinya perubahan dalam gerak mata, yang nantinya akan
berimplikasi pada kecepatan atau kemampuan membaca dan kemampuan berbicara yang
sedang berlangsung. Ini terbukti bahwa ada faktor tujuan membaca dan berbicara
yang mempengaruhi proses membaca dan berbicara.
Jika dilihat dari faktor
eksternal perbedaannya tidak banyak faktorfaktor eksternal tertentu yang
berpengaruh terhadap kemampuan membaca dan berbicara antara lain faktor
penerangan, faktor sosial ekonomi, akan mempengaruhi hasil pembeda dan
berbicara.Penerangan yang kurang baik (jelek) kan mempengaruhi hasil pembaca
dan berbicara. Demikian juga latar belakang faktor sosial ekonomi, sosial
ekonomi yang tinggi akan mendapat kemudahan sarana membaca dan berbicara yang memadai,
sehingga terbentuk tradisi atau kebiasaan membaca dan berbicara. Kebiasaan
membaca dan berbicara ini yang akan mempengaruhi kemampuan siswa atau seorang
inilah yang dimaksudkan bahwa membaca dan berbicara itu adalah proses yang
kompleks.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
di atas, maka rumusan masalah dalam pemaparan ini adalah
"Bagaimanakah Peranan Kemampuan Membaca Terhadap Kemampuan Berbicara Siswa
di Kelas.
C.
Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan
dalam penulisan makalah ini, penulis ingin mengetahui gambaran
secara jelas tentang peranan kemampuan membaca terhadap kemampuan berbicara siswa di kelas.
D.
Manfaat Penyusunan
Penyusunan
makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan
bagi upaya peningkatan mutu pembelajaran, terutama kemampuan siswa dalam
membaca dan berbicara dan hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan
motivasi bagi peneliti lain yang berminat untuk mengkaji lebih mendalam untuk mengungkapkan
faktor-faktor yang belum terungkap dalam penelitian ini.
2.
Manfaat Praktis
1. Hasil perumusan makalah ini dapat digunakan oleh guru sebagai acuan agar mampu meningkatkan
prestasi siswa secara optimal terutama dalam hal kemampuan membaca dan kemampuan
berbicara.
2. Hasil perumusan makalah ini diharapakan berguna bagi keluarga dalam memberikan dukungan agar siswa
mampu meningkatkan kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa.
3. Hasil perumasan makalah ini diharapkan berguna bagi sekolah untuk meningkatkan wawasan
bagi tenaga edukatif dalam meningkatkan profesional guru dan tenaga pendidik
yang. lain.
E.
Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data yang digunakan penyusun dalam menyusun makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Metode Studi Pustaka / Metode
Kepustakaan
Penyusun
membaca reverensi yang ada hubungannya dengan masalah yang penyusun hadapai
yaitu berhubungan dengan masalah pornografi.
2. Metode Observasi
Penyusun
melakukan pengamatan langsung mengenai dampak pornografi terhadap anak atau remaja di lingkungan
sekitar penyusun.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam hal ini akan diuraikan tentang hal-hal yang berhubungan dengan
peranan kemampuan membaca dan kemampuan berbicara antara lain:
A. Kemampuan
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan
(Partini, 1990: 869). Kernampuan dalam hal ini merupakan kesangwepan siswa
dalam melaksanakan dan mengerjakan apa yang di perintahkan oleh guru dan teman
dan mendapatkan hasil yang lebih baik.
B. Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan. -
Sedangkan kemampuan membaca adalah kemampuan orang dalam memahami isi bacaan
yang diukur dengan tes yang disediakan, dan kemampuan membaca teknis adalah
kemampuan dalam mengekspresikan bacaan supaya enak untuk didengar yang diukur
dengan merekam teks yang disediakan (Tarigan, 1979:7).
C. Berbicara
Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan
kepada penyimak hampir secara langsung, apakah sang pembicara memahami atau
tidak, baik bahan pembicaraan atau penyimaknya, apakah dia tenang serta dapat
menyesuaikan diri atau tidak pada saat dia mengkomunikasikan gagasannya, dan
apakah dia waspada serta antusias atau tidak (Tarigan dalam Fatrnawati, 1997:
89).
1.
Kemampuan Berbicara
Dalam hal ini akan dijelaskan beberapa hal diantara pengertian kemampuan
berbicara, pentingnya kemampuan berbicara, aspek-aspelc
kemampuan
berbicara dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara.
2.
Pengertian Kemampuan
Berbicara
Secara leksikal, kemampuan berasal dari kata "mampu" menurut
Purwadarminta berarti, kuasa, sanggup melakukan sesuatu. Kemampuan berarti
kesanggupan melakukan sesuatu berucap. Dalam hal ini kaitannya dengan
kemampuan. membaca dan berbicara (Purwadarminta, 1985:723). Makna leksikal kemampuan
berbicara yakni kemampuan dalam berkata atau berbicara. Tarigan dalam Fatmawati
(1997:89) mengemukakan bahwa . berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan
kepada penyimak hampir secara langsung, apakah sang pembicara memahami atau
tidak, baik bahan pembicaraan atau penyimaknya, apakah dia tenang serta dapat
menyesuaikan diri atau tidak pada saat dia mengkomunikasikan gagasannya, dan
apakah dia waspada serta antusias atau tidak. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan atau katakata untuk
menyampaikan gagasan, pikiran, pendapat serta sebagai alat untuk mengetahui
apakah pembicara mempersiapkan diri dengan baik dalam menyampaikan bahan
pembicaraan dihadapan para penyimaknya.
3.
Pentingnya Kemampuan Berbicara
Kemampuan berbicara mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan kemampuan berbicara, siswa akan dapat menyampaikan ide,
pikiran, gagasan, dan perasaannya kepada orang lain. Atar (1992 dalam Fatmawati
1997:51) mengemukakan bahwa : (1) diterima baik dalam pergaulan, disebabkan
karena tidak menyinggung perasaan lawan bicara. (2) mempunyai banyak sahabat
sebab dapat berkomunikasi dengan baik dan menarik (3) dapat menyumbangkan
fikiran yang berharga bagi teman-teman yang memerlukan berkat kepandaiannya
menyampaikan gagasan dan cara pemecahannya. (4) mempunyai kesempatan yang besar
untuk menjadi pemimpin memerlukan kemampuan berbicara dengan orang yang
dipimpinnya. (5) mempunyai peluang yang lebih sukses dalam mencari ilmu dan memberikan
ilmu kepada orang lain. (6) mempunyai kemampuan untuk sukses dalam menjalankan
pekerjaan yang ada kaitannya dengan orang lain karena kemampuannya berbicara
atau berkomunikasi. Berdasarkan kenyataan sehari-hari,maka kemampuan berbicara
sangat penting untuk dimiliki seseorang. Dengan demikian, kemampuan berbicara
harus dipelajari sejak dini agar terampil berbicara sehingga apa yang
disampaikan dapat dimengerti oleh penyimak.
4.
Aspek Kemampuan Berbicara
Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, selain harus memberikan kesan yang
penguasaan berbicara juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan serta
berbicara dengan jelas dan tegas. (Arsyad dan Mukti 1988:103) aspek-aspek
keefektifan berbieara diantaranya adalah aspek aspek kebahasaan dan non kebahasaan.
Aspek kebahasaan itu antara lain, ketepatan sasaran, ketepatan berbicara,
penenpatan tekanan pembicaraan atau perwakilan kalimat. Aspek kebahasaan yaitu
sikap yang wajar, pandangan, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak
gerik dan mimik, kenyaringan suara, relevansi dan penguasaan topik.
Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek kemampuan
berbicara antara lain :
a. Ketepatan Pengucapan
Ketepatan pengucapan merupakan seluruh kegiatan yang
dilakukan dalam memproduksi bunyi bahasa yang meliputi artikulasi yaitu
bagairnana posisi alat bicara seperti lidah, gigi, bibir, dan langit-langit
pada waktu membentuk bunyi, baik vokal maupun konsonan. Kemampuan pengucapan atau pelafalan terdiri dari keterampilan untuk
mengucapkan bunyi segmental yakni vokal dan konsonan dan bunyibunyi
supramental berupa tekanan dan intonasinya. (Datmodiharjo, 1982:48) menyatakan
bahwa pengucapan bahasa dianggap baik diantara kalimat-kalimatnya fungsional
nada dan situasional sesuai dengan jenis dan bentuknya, tekanan dan jedanya
tepat, keteapatan pelafalan bunyibunyi vokal dan konsonannya dan memiliki
pola-pola intonasi yang tepat serta tekanan kata-kata maupun kalimat dengan
jelas dan pasti.
Berdasarkan pendapat
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengucapan lagu bahasa dianggap baik
apabila kalimat-kalimat yang diucapkan berfungsi nadanya sesuai dengan
situasinys, tekanan jeda juga harus tepat. (Muhajir, 1975:29) mengemukakan
bahwa kesalahan dalam mengucapkan konsonan dan vokal akan lain pula artinya apa
yang dikatakan pendapat tersebut jelas menyatakan bahwa kesalahan dari
pelafalan konsonan dan vokal akan menyebabkan maksud dari ucapan itu; berbeda.
b. Kemampuan Gramatikal
Kemampuan gramatikal adalah
merupakan kemampuan untuk menguasai tata bahasa yang berlaku dalam bahasa
tersebut. Kemampuan tata bahasa antara lain adalah kemampuan dalam struktur
kata dan menyusunnya dalam bentuk struktur kalimat yang benar. Pembicara yang
baik harus menggunakan kalimat yang efektif untuk mempermudah pendengar
menangkap isi pembicaraan. Menyusun dan menggunakan kalimat efektif harus langsung mengenai sasaran
sehingga mampu meninbulkan pengaruh, meninggalkan kesan atau akibat bagi
pendengarnya. Dalam membaca kemampuan gramatikal sangat penting dikuasai seperti
kemampuan memahami makna kata, kemampuan memahami kalimat dan lain sebagainya.
c. Pembendaharaan Kata
Pembendaharaan
kata merupakan kesanggupan seseorang untuk mengartikan kata-kata dalam bahasa
yang memungkinkan seseorang tersebut memahami pembicaraan orang lain. (Darmaji,
1985:26) menyatakan bahwa kemampuan seseorang mengartikan kata-kata dalam
bahasa akan memberikan peluang untuk mengerti dan menggunakan bahasa walaupun
secara bahasa jalan. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa bagi seseorang yang memiliki banyak pengertian dari kata-kata
bahasa walaupun bersifat pasif, dalam arti kurang menggunakan kaidah yang
tepat. Dengan demikian penggunaan kosa kata sangat penting bagi seseorang untuk
mampu berbicara.
d. Kelancaran Berbicara
Kelancaran
berbicara seseorang berhubungan langsung dengan bunyi ataupun ujaran. Orang
yang dilatih dengan baik akan mampu berbicara dengan cepat dan tepat sehingga
mereka akan lancar berbicaranya. Samsuri, (1991:97) mengatakan bahwa orang yang
terlatih dalam ilmu bunyi mempunyai pengetahuan dan kemahiran menganalisis dan
menghasillcan tiap bunyi bahasa karena ia telah tahu tentang struktur dan fungsi peralatan ujar. Iapun dapat menguraikan
dengan setepattepatnya dan sesederhana pembentukan bunyi bahasa sehingga ia
sendiri maupun siapa saja yang trelatih dalam ilmu bunyi dapat menghasilkan
bunyi-bunyi itu dengan baik atau betulmenggunakan alat-alat ucapan. Berdasarkan
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kefasehan seseorang mengucapkan
kata-kata dalam bahasa akan memperlancar orang tersebut untuk berbicara dalam
menyampaikan gagasa.n, fikiran, ide, dan juga perasaannya.
e.
Penguasaan Topik
Dalam pembicaraan formal selalu menuntut persiapan
yang baik agar topik yang akan dibicarakan betul-betul dikuasai oleh pembicara.
Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberaian kelancaraai. Dengan
demikian, penguasaan topik sangat penting bahkan. merupakan faktor utama dala.m
berbicara; penguasaan topik berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman. Jika
pengetahuan dan pengalaman luas maka dengan mudah menguasai topik pembicaraan
yang disajikan.
4.1 Faktor yang
Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca setidak-tidaknya ada dua hal
yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor
yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Untuk memperoleh kemampuan
berbicara, siswa harus mempunyai keinginan untuk belajar dan berlatih secara
terus menerus. Didalam belajar dan berlatih harus didukung oleh kemampuan,
kemauan, kekuatan, dan keuletan agar apa yang diharapkan dapat tercapai dengan
baik. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar
individu. Interaksi individu secara garis besarnya meliputi lmgkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.
4.2 Kemampuan
Membaca
Dalam hal ini akan dijelaskan beberapa hal diantaranya tentang kemapuan
membaca dan tingkat membaca kritis dan meningkatkan sikap kritis.
4.3 Pengertian
Kemampuan Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata
atau bahasa tulis.
Sedangkan
kemampuan membaca adalah kemampuan orang dalam memahami isi bacaan yang diukur
dengan tes yang disediakan, dan kemampuan membaca teknis adalah kemampuan dalam
mengekspresikari bacaan sehingga enak untuk didengar yang diukur dengan merekam
teks yang disediakan(Tarigan, 1979:7). Kemampuan membaca siswa harus ditu: ~ang
dengan kemampuan menguasai kebahasaan seperti : kosa kata, dan tata bahasa.
Dengan demikian dapat dipertegas bahwa kemampuan yang dikaitkan dengan membaca
adalah kemanpuan untuk merespon secara sadar susunan tertulis yang dihadapinya
atau yang disimulasikan. Respon yang ditampilkan adalah respon aktif. Respon
aktif ini berkaitan dengan pengelolaan terhadap tuturan tertulis. Dari beberapa
teori tentang kemampua membaca yang telah dijelaskan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa indikator yang dapat dijadikan acuan setiap siswa dapat
dikaitkan mahir membaca secara sukses harus memiliki ketentuan untuk memahami
hal-hal yang berkaitkan dengan kebahasaan dengan isi pesan.
4.3 Jenjang
Kemampuan Membaca dan Tingkat Membaca Kritik
Dalam kenyataan
sehari-hari sering dijumpai hal-hal semacam ini seorang siswa sedang membaca
sebuah buku. Buku tersebut dibaca kata demikian, baris demi baris dan kalimat
demi kalimat apa yang tertulis lalu diingatnya sebagai sebuah ingatan.
Informasi yang tertulis dalam bacaan disimpan dalam ingatan, lalu dinyataka..n
kembali bila perlu persis dengan apa yang dikatan pengarangnya dengan kata lain
setelah selesai membaca, ia menyatakan kembali informasi tersebut secara tepat.
Oleh karena itu
hanya berusaha untuk mengingat, maka dalam proses. ini dia tidak melibatkan
aspek berfkir kritik. Panggilan hanya terbatas pada hal-hal yang
secara ekplisit teriulis daiam bacaan, pembaca hanya tahu apa yang dikatakan
oleh pengarangnya dan tidak ada satupun aktifitas mental berfikir yang
mengikutinya. Pembaca hanya memproduksikan kembali secara mental apa yang
tertulis pengarang.
Berdasarkan
penjelasan di atas disimpulkan bahwa pada jenis membaca ini dapat disebut
sebagai jenjang kemampuan membaca yang paling rendah tingkatanya.Jenis mebaca
pada jenjang yang lain pembaca" tidak hanya puas pada tingkatan tahu atau
ingat apa yang dikatakan dalam buku. Tetapi
ia sadar bahwa bahan bacaan itu tidak hanya berisi
informasi yang perlu diingatkan saja, tetapi perlu diolah dan dipahami. Setiap
orang berbeda pandangana dari segi kemampuan intelektual, sikap, bakat, minat,
motivasi, tujuan membaca dan lain-lainnya. Oleh karena itu jelas bahwa setiap
orang mempunyai kemampuan membaca dan sikap kritis berbeda. Untuk itu, sebagai
tindak lanjut dari usaha meningkatkan sikap kritis tersebut.Ada beber<apa
aspek berpikir kritis yang dikuasai oleh seorang pembaca, yang diharaplcan akan
menjadi semacam sikap yang selalu mempola untuk selalu berpikir kritis dalam
membaca. Sikap-sikap kritis itu meliputi kemampuan-kemampuan pembaca untuk :
1. Menginterprestasi
2. Menganaslisis secara kritis
3. Mengorganisasi secara kritis
4. Menilai secara kritis
5. Menerapkan konsep secara kritis
Akan tetapi, sebelumnya perlu diingat bahwa jenjang kemampuan membaca itu
tidak hanya sampai pada tingkat kritis. Secara fisik pr~,ses membaca itu hanya
berakhir pada tingkat membaca kritis. Namun, sebenarnya pembaca yang sudah
dikatakan berhasil apabila pembaca sudah mampu menerapkan hasil membacanya
dalam konteks kehidupan yang lebih luas, yaitu diluar konteks proses membaca..
Artinya mampu menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan kehidupan
sehari-hari, minimal' menghubungkan dengan kepentingan sebagai bagian dari
kehidupan nyata. Bila seorang telah mampu menerapkan kegiatan membaca semacam ini, dapat
dikatakan sebagai pembaca yang kritis sekaligus kreatif dalam memanfaatkan
hasil membacanya.
4.4 Meningkatkan
Sikap Kritis
Mengenai
meningkatkan sikap kritis dalam kemampuan membaca akan di uraikan tentang,
kemampuan menginterpretasi makna tersirat dan kemampuan mengaplikasikan konsep
dalam bacaan.
a. Kemampuan
Menginterpretasi Makna tersirat
Dalam sebuah bacaan siswa bisa bersikap tidak ambil
pusing dengan fakta atau informasi yang terlulis dengan jelas. Informasi cukup
diketahui saja bahkan ada kalanya informsi itu ditelan secara mentah, dan
diterima secara pasif.
b. Kemampuan Mengaplikasikan Konsep dalam
Bacaan
Seorang pernbaca yang kritis tidak akan pernah
berhenti sampai, pada aktifitas menggali makna yang tersirat melalui pemahaman
dan interpretasi secara kritis, tetapi harus mampu menerapkan konsep-konsep
yang ada dalam bacaan keadaan situasi baru yang bersifat problematis.
4.5 Penelitian
yang Relevan
Penelitian yang
sejalan dengan penelitian ini diantaranya yang pernah dilakukan oleh Haryono
(1995). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca dan
berbicara ditinjau dari kemampuan guru mengajar. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa kemampuari membaca dan kemmpuan
berbicara seseorang dipengaruhi oleh faktor kemampuan guru dalam mengajar.
Sementara, Haryadi (1996) dalam Dimiyanti (1998) mengadakan penelitian
tentang kelancaran dalam membaca dan berbicara. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kelancaran siswa dalam membaca dan
berbicara. Hasil penelitian ini antara lain menyimpulkan bahwa siswa yang
tinggal dilingkungan yang dekat dengan pendidikan lebih lancar membaca
dan berbicaranya bila dibandingkan dengan siswa yang berasal dari lingkungan
yang jauh dari tempat atau lokasi pendidikan.
Hasil penelitian tersebut memberikan dukungan serta motivasi dan
relevansi kemampuan membaca dan kemampuan berbicara bagi seseorang. Hal ini,
memotivasi peneliti untuk mengangkat masalah peranan kemampuan membaca terhadap
kemampuan berbicara siswa di kelas.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti
dapat menyimpulkan bahwa:
1. Peranan
kemampuan membaca terhadap kemampuan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dapat meningkatkan efektivitas belajar siswa di kelas. Hal ini terlihat dari hasil observasi
belajar siswa yang menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa.
2. Peranan
kemampuan membaca terhadap kemampuan berbicara pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi
belajar siswa.
3. Materi
dan tujuan instruksional umum dapat disesuaikan dengan kemampuan dan
karakteristik siswa.
4. Umpan
balik lebih konsisten dengan kebutuhan.
B. SARAN
Besdasarkan hasil pemaparan diatas maka penulis mengajukkan beberapa saran, antara lain :
1. Bagi siswa diharapkan membiasakan diri
untuk menanyakan materi yang dianggap sulit dan belum dimengerti serta tanpa
ragu menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari guru maupun teman-temannya.
2. Kepada Pihak Pengajar Hendaknya mempertimbangkan
Pengaruh kemampuam membaca terhadap kemampuan brbicara sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa nantinya.
3. Diharapkan
kepada guru agar memperhatikan karakteristik anak didiknya dan memperlakukan
sesuai karakteristiknya sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
4. Pada
pengajaran mata pelajaran bahasa
indonesia, khususnya penerapan kemampuan membaca terhadap kemampuan
berbicara sebaiknya para guru menggunakan secara terus menerus.
5. Penerapan
kemampuan membaca terhadap kemampuan berbicara perlu di lakukan terus menerus
dan lebih diprioritaskan pada mata pelajaran bahasa indonesia di
sekolah-sekolah lain. Hal ini di maksudkan agar siswa terlatih untuk berbicara
dan menemukan pengetahuan mereka sendiri, bisa membaca, bisa menyampaikan
kembali isi bacaan, kesesuaian waktu, ketepata dengan topik. Siswa bukan hanya
sekedar mendengar dan mencatat saja.
6. Bagi peneliti untuk
kedepannya diharapkan dapat lebih profesional dalam menerapkan pembelajaran
individual.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1984. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakiek.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Arsyad dan Mukti. 1988. Aspek-Aspek Berbicara. Yogyakarta: Cinta
Pena.
Darmodiharjo. 1982. Bunyi Bahasa. Jakarta: RinekaCipta.
Dimiyati. 1998. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Dirjen Dikti.
Fatmawati. 1997. Kreatif Berbahasa. Yogyakarta: Kanisus.
Haryono. 1995. Penelitian Kemampuan Membaca Praktek. Jakarta:
RinekaCipta.
Hadi, Sutisno. 1997. Metodologi Research. Jilid 1 Yogyakarta :Andi
Offset.
Netra, IB. 1974. Psikologi.Yogyakarta: SIC
Keraf, Gorys. 1979. Membaca sebagai suatu Keterampilan Berbahasa
Indonesia. Bandung: Angkasa
Margono, S. 2003. Metodologi Research. Yogyakarta: FP UGM
Matzuki. 1974. Metodologi Riset. Yogyakarta: FEUII.
Muhajir.1975. Evaluasi Pendidikan,
Bandung: Usaha Nasional.
Nazar, Muhammad. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Galin Indonesia.
Nurkencana, Wayan. 1986. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta
:RinekaCipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar