Sabtu, 09 Februari 2013

PERANAN KEMAMPUAN MEMBACA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA SISWA DI KELAS



PERANAN KEMAMPUAN MEMBACA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA SISWA DI KELAS

SEMINAR BAHASA
Disusun Oleh:

ADITYA HENDRA SUKMANA
NPM 09410050

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2012



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
                Pelajaran membaca dan berbicara di Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama ini cenderung diabaikan, disebabkan oleh adanya anggapan­ anggapan yang salah terhadap pengajaran kemampuan membaca dan berbicara itu sendiri. Kebanyakan kita sepakat bahwa pengajaran membaca dan berbicara siswa itu telah berakhir ketika telah dapat membaca dan menulis, yaitu ketika selesainya pengajaran membaca dan menulis permulaan, sekitar kelas tiga Sekolah Dasar (SD). Sehingga pada jenjang sekolah yang lebih tinggi, pengajaran membaca dan berbicara tidak mendapat perhatian. Akibatnya kebiasaan membaca dan berbicara yang buruk terus berkembang sampai orang menjadi dewasa.
                 Kemampuan membaca dan kemampuan herbicara sebagaimana yang dikatakan oleh beberapa para ahii memiliki teori dan pelatihan, menyikapi masalah itu terutama siswa dalam mengembangkan kemampuan dan kecermatan membaca serta kemampuan berbicaranya, untuk mengembangkan atau menyampaikan beberapa masalah, penting mengingat kemampuan membaca dan kemampuan berbicara telah menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari saat ini.
                 Membaca dan berbicara yang baik dan benar akan membantu proses pendidikan untuk mencapai tujuannya, maka kehadiran membaca dan berbicara menentukan keberhasilan pendidikan sebab siswa, mudah memahami isi bacaan, memahami tujuan berbicara. Dalam keadaan bagaimanapun membaca dan berbicara bisa dilepas begitu saja karena merupakan bagian dari kebutuhan hidup manusia yang tak dapat dipisahkan. Peranan membaca dan berbicara pada siswa sangat penting terutama untuk berpikir dan bernalar.
                 Membaca dan berbicara itu sangat penting dalam pendidikan antata lain disebutkan bahwa siswa diusahakan agar memiliki pengetahuan fungsional tentang bahasa dan penggunaannya sebagai alat yang sangat penting untuk melakukan komunikasi dengan orang lain dan untuk bersosialisasi dengan masyarakat luas maka peran bahasa dalam membaca dan berbicara dirasakan sangat berfungsi sebagaimana disebutkan ahli bahasa tentang fungsi bahasa yang menyebutkan bahwa :
a. Untuk menyatakan ekspresi
b. Sebagai alat komunikasi
c. Alat untuk mengadakan adaptasi sosial
d. Alat untuk mengadakan kontrol sosial (Keraf, 1979:3)
                 Sebagai alat untuk mengadakan ekspresi bahasa secara terbuka segala yang tersirat dalam hati, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan, dan unsur yang mendorong dalam ekspresi adalah :
a. Agar menarik perhatian orang lain
b. Keinginan untuk membebaskan diri dari semua tekanan emosi
                 Sebenarnya fungsi yang dikembangkan diatas, tidak dapat terpisah satu sama lain, dalam kenyataan sehari-hari sehingga untuk menetapkan dimana yang satu mulai dan dimana yang satu berakhir sangatlah sulit. Pada tahap permulaan waktu kecil belajar menyimak kemudian berkembang menjadi belajar berbicara. Hal ini berlangsung terus menerus sehingga seseorang menjadi dewasa dan belajar membaca. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi tidak diterima oleh orang lain.
                 Dengan komunikasi dapat menyampaikan apa yang dirasakan dan diketahui kepada orang lain. Dengan komunikasi itu pula siswa belajar membaca dan berbicara. Membaca dan berbicara merupakan saluran maksud, rnelahirkan perasaan dan memungkinkan untuk kerja sama dengan semua orang , juga memungkinkan manusia menganalisa masa lalunya untuk meniti hasil yang berguna masa kini dan masa yang akan datang. Dalam pengalaman sehari­hari katakan dari sejak kecil sehingga menjadi seorang dewasa membaca dan berbicara perseorangan mengalami perkembangan dengan bertambahnya pengalaman seseorang. Bila kita bandingkan membaca dan berbicara merupakan sistem keseluruhan dengan fungsi bahasa bertahap-tahap secara individual, yaitu fungsi bahasa jauh lebih luas pada waktu seseorang telah dewasa, maka dapat dibayangkan bahwa membaca dan berbicara mengalami perkembangan dari zaman ke zaman dan perkembangan intelektual itu sendiri.
                 Proses membaca dan berbicara melibatkan faktor intelektual karena semua sepakat bahwa membaca dan berbicara pada hakikatnya adalah sebuah proses berpikir, sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ahli membaca(Edward L. Thoradike), bahwa proses membaca itu tak ubahnya dengan proses ketika seorang sedang berpikir dan bernalar. Dalam membaca dan berbicara ini terlibat aspek-aspek berpikir seperti mengingat, memahami, membeda-bedakan, membandingkan dan pada akhirnya menerapkan apa yang terkandung dalam bacaan dan pembicaraa.
                 Bukankah in melibatkan cara-cara berpikir induktif, berpikir deduktif dan cara berpikir abstrak? Untuk inilah dalam membaca dan berbicara diperlukan cara yang berupa kemampuan intelektual yang tinggi. Jika dilihat dari aspek intelektual yang lainseperti minat. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa adanya korelasi yang tinggi antara minat terhadapbacaan dan kemampuan membaca dan kemampuan berbicaranya (Nurhadi, 1995:13).
                 Seorang siswa yang mempunyai minat dan perhatian yang tinggi terhadap bacaan tertentu, dapat dipastikan akan memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap topik tersebut dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat terhadap topik tersebut. Demikian pila penelitian hubungan antara tujuan membaca dan berbicara dengan perubahan gerak mata pada waktu membaca dan berbicara. Dalam penelitian terlihat bahwa perbahan tujuan membaca dan berbicara berakibat terjadinya perubahan dalam gerak mata, yang nantinya akan berimplikasi pada kecepatan atau kemampuan membaca dan kemampuan berbicara yang sedang berlangsung. Ini terbukti bahwa ada faktor tujuan membaca dan berbicara yang mempengaruhi proses membaca dan berbicara.
                 Jika dilihat dari faktor eksternal perbedaannya tidak banyak faktor­faktor eksternal tertentu yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca dan berbicara antara lain faktor penerangan, faktor sosial ekonomi, akan mempengaruhi hasil pembeda dan berbicara.Penerangan yang kurang baik (jelek) kan mempengaruhi hasil pembaca dan berbicara. Demikian juga latar belakang faktor sosial ekonomi, sosial ekonomi yang tinggi akan mendapat kemudahan sarana membaca dan berbicara yang memadai, sehingga terbentuk tradisi atau kebiasaan membaca dan berbicara. Kebiasaan membaca dan berbicara ini yang akan mempengaruhi kemampuan siswa atau seorang inilah yang dimaksudkan bahwa membaca dan berbicara itu adalah proses yang kompleks.

B.     Rumusan Masalah
                 Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam pemaparan ini adalah "Bagaimanakah Peranan Kemampuan Membaca Terhadap Kemampuan Berbicara Siswa di Kelas.

C.    Tujuan Pembahasan
                 Adapun tujuan pembahasan dalam penulisan makalah ini, penulis ingin mengetahui gambaran secara jelas tentang peranan kemampuan membaca terhadap kemampuan berbicara siswa di kelas.

D.    Manfaat Penyusunan
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.    Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi upaya peningkatan mutu pembelajaran, terutama kemampuan siswa dalam membaca dan berbicara dan hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan motivasi bagi peneliti lain yang berminat untuk mengkaji lebih mendalam untuk mengungkapkan faktor-faktor yang belum terungkap dalam penelitian ini.
2.    Manfaat Praktis
1.  Hasil perumusan makalah ini dapat digunakan oleh guru sebagai acuan agar mampu meningkatkan prestasi siswa secara optimal terutama dalam hal kemampuan membaca dan kemampuan berbicara.
2.  Hasil perumusan makalah ini diharapakan berguna bagi keluarga dalam memberikan dukungan agar siswa mampu meningkatkan kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa.
3.  Hasil perumasan makalah ini diharapkan berguna bagi sekolah untuk meningkatkan wawasan bagi tenaga edukatif dalam meningkatkan profesional guru dan tenaga pendidik yang. lain.
E.     Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan penyusun dalam menyusun makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Metode Studi Pustaka / Metode Kepustakaan
Penyusun membaca reverensi yang ada hubungannya dengan masalah yang penyusun hadapai yaitu berhubungan dengan masalah pornografi.
2.      Metode Observasi
Penyusun melakukan pengamatan langsung mengenai dampak pornografi  terhadap anak atau remaja di lingkungan sekitar penyusun.









BAB II
PEMBAHASAN


Dalam hal ini akan diuraikan tentang hal-hal yang berhubungan dengan peranan kemampuan membaca dan kemampuan berbicara antara lain:
A.      Kemampuan
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Partini, 1990: 869). Kernampuan dalam hal ini merupakan kesangwepan siswa dalam melaksanakan dan mengerjakan apa yang di perintahkan oleh guru dan teman dan mendapatkan hasil yang lebih baik.
B. Membaca
   Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan. - Sedangkan kemampuan membaca adalah kemampuan orang dalam memahami isi bacaan yang diukur dengan tes yang disediakan, dan kemampuan membaca teknis adalah kemampuan dalam mengekspresikan bacaan supaya enak untuk didengar yang diukur dengan merekam teks yang disediakan (Tarigan, 1979:7).
C. Berbicara
   Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir secara langsung, apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraan atau penyimaknya, apakah dia tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak pada saat dia mengkomunikasikan gagasannya, dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak (Tarigan dalam Fatrnawati, 1997: 89).
1.        Kemampuan Berbicara
Dalam hal ini akan dijelaskan beberapa hal diantara pengertian kemampuan berbicara, pentingnya kemampuan berbicara, aspek-aspelc
kemampuan berbicara dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara.

2.        Pengertian Kemampuan Berbicara
Secara leksikal, kemampuan berasal dari kata "mampu" menurut Purwadarminta berarti, kuasa, sanggup melakukan sesuatu. Kemampuan berarti kesanggupan melakukan sesuatu berucap. Dalam hal ini kaitannya dengan kemampuan. membaca dan berbicara (Purwadarminta, 1985:723). Makna leksikal kemampuan berbicara yakni kemampuan dalam berkata atau berbicara. Tarigan dalam Fatmawati (1997:89) mengemukakan bahwa . berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir secara langsung, apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraan atau penyimaknya, apakah dia tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak pada saat dia mengkomunikasikan gagasannya, dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan atau kata­kata untuk menyampaikan gagasan, pikiran, pendapat serta sebagai alat untuk mengetahui apakah pembicara mempersiapkan diri dengan baik dalam menyampaikan bahan pembicaraan dihadapan para penyimaknya.
3.         Pentingnya Kemampuan Berbicara
Kemampuan berbicara mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemampuan berbicara, siswa akan dapat menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaannya kepada orang lain. Atar (1992 dalam Fatmawati 1997:51) mengemukakan bahwa : (1) diterima baik dalam pergaulan, disebabkan karena tidak menyinggung perasaan lawan bicara. (2) mempunyai banyak sahabat sebab dapat berkomunikasi dengan baik dan menarik (3) dapat menyumbangkan fikiran yang berharga bagi teman-teman yang memerlukan berkat kepandaiannya menyampaikan gagasan dan cara pemecahannya. (4) mempunyai kesempatan yang besar untuk menjadi pemimpin memerlukan kemampuan berbicara dengan orang yang dipimpinnya. (5) mempunyai peluang yang lebih sukses dalam mencari ilmu dan memberikan ilmu kepada orang lain. (6) mempunyai kemampuan untuk sukses dalam menjalankan pekerjaan yang ada kaitannya dengan orang lain karena kemampuannya berbicara atau berkomunikasi. Berdasarkan kenyataan sehari-hari,maka kemampuan berbicara sangat penting untuk dimiliki seseorang. Dengan demikian, kemampuan berbicara harus dipelajari sejak dini agar terampil berbicara sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti oleh penyimak.
4.         Aspek Kemampuan Berbicara
Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, selain harus memberikan kesan yang penguasaan berbicara juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan serta berbicara dengan jelas dan tegas. (Arsyad dan Mukti 1988:103) aspek-aspek keefektifan berbieara diantaranya adalah aspek­ aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan itu antara lain, ketepatan sasaran, ketepatan berbicara, penenpatan tekanan pembicaraan atau perwakilan kalimat. Aspek kebahasaan yaitu sikap yang wajar, pandangan, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak gerik dan mimik, kenyaringan suara, relevansi dan penguasaan topik.
Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek kemampuan berbicara antara lain :
a.       Ketepatan Pengucapan
Ketepatan pengucapan merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan dalam memproduksi bunyi bahasa yang meliputi artikulasi yaitu bagairnana posisi alat bicara seperti lidah, gigi, bibir, dan langit-langit pada waktu membentuk bunyi, baik vokal maupun konsonan. Kemampuan pengucapan atau pelafalan terdiri dari keterampilan untuk mengucapkan bunyi segmental yakni vokal dan konsonan dan bunyi­bunyi supramental berupa tekanan dan intonasinya. (Datmodiharjo, 1982:48) menyatakan bahwa pengucapan bahasa dianggap baik diantara kalimat-kalimatnya fungsional nada dan situasional sesuai dengan jenis dan bentuknya, tekanan dan jedanya tepat, keteapatan pelafalan bunyi­bunyi vokal dan konsonannya dan memiliki pola-pola intonasi yang tepat serta tekanan kata-kata maupun kalimat dengan jelas dan pasti.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengucapan lagu bahasa dianggap baik apabila kalimat-kalimat yang diucapkan berfungsi nadanya sesuai dengan situasinys, tekanan jeda juga harus tepat. (Muhajir, 1975:29) mengemukakan bahwa kesalahan dalam mengucapkan konsonan dan vokal akan lain pula artinya apa yang dikatakan pendapat tersebut jelas menyatakan bahwa kesalahan dari pelafalan konsonan dan vokal akan menyebabkan maksud dari ucapan itu; berbeda.
b.         Kemampuan Gramatikal        
Kemampuan gramatikal adalah merupakan kemampuan untuk menguasai tata bahasa yang berlaku dalam bahasa tersebut. Kemampuan tata bahasa antara lain adalah kemampuan dalam struktur kata dan menyusunnya dalam bentuk struktur kalimat yang benar. Pembicara yang baik harus menggunakan kalimat yang efektif untuk mempermudah pendengar menangkap isi pembicaraan. Menyusun dan menggunakan kalimat efektif harus langsung mengenai sasaran sehingga mampu meninbulkan pengaruh, meninggalkan kesan atau akibat bagi pendengarnya. Dalam membaca kemampuan gramatikal sangat penting dikuasai seperti kemampuan memahami makna kata, kemampuan memahami kalimat dan lain sebagainya.
c.        Pembendaharaan Kata
Pembendaharaan kata merupakan kesanggupan seseorang untuk mengartikan kata-kata dalam bahasa yang memungkinkan seseorang tersebut memahami pembicaraan orang lain. (Darmaji, 1985:26) menyatakan bahwa kemampuan seseorang mengartikan kata-kata dalam bahasa akan memberikan peluang untuk mengerti dan menggunakan bahasa walaupun secara bahasa jalan. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa bagi seseorang yang   memiliki banyak pengertian dari kata-kata bahasa walaupun bersifat pasif, dalam arti kurang menggunakan kaidah yang tepat. Dengan demikian penggunaan kosa kata sangat penting bagi seseorang untuk mampu berbicara.
d.       Kelancaran Berbicara
Kelancaran berbicara seseorang berhubungan langsung dengan bunyi ataupun ujaran. Orang yang dilatih dengan baik akan mampu berbicara dengan cepat dan tepat sehingga mereka akan lancar berbicaranya. Samsuri, (1991:97) mengatakan bahwa orang yang terlatih dalam ilmu bunyi mempunyai pengetahuan dan kemahiran menganalisis dan menghasillcan tiap bunyi bahasa karena ia telah tahu tentang struktur dan fungsi peralatan ujar. Iapun dapat menguraikan dengan setepat­tepatnya dan sesederhana pembentukan bunyi bahasa sehingga ia sendiri maupun siapa saja yang trelatih dalam ilmu bunyi dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu dengan baik atau betulmenggunakan alat-alat ucapan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kefasehan seseorang mengucapkan kata-kata dalam bahasa akan memperlancar orang tersebut untuk berbicara dalam menyampaikan gagasa.n, fikiran, ide, dan juga perasaannya.
e.        Penguasaan Topik
Dalam pembicaraan formal selalu menuntut persiapan yang baik agar topik yang akan dibicarakan betul-betul dikuasai oleh pembicara. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberaian kelancaraai. Dengan demikian, penguasaan topik sangat penting bahkan. merupakan faktor utama dala.m berbicara; penguasaan topik berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman. Jika pengetahuan dan pengalaman luas maka dengan mudah menguasai topik pembicaraan yang disajikan.
4.1       Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca setidak-tidaknya ada dua hal yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Untuk memperoleh kemampuan berbicara, siswa harus mempunyai keinginan untuk belajar dan berlatih secara terus menerus. Didalam belajar dan berlatih harus didukung oleh kemampuan, kemauan, kekuatan, dan keuletan agar apa yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu. Interaksi individu secara garis besarnya meliputi lmgkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
4.2       Kemampuan Membaca
Dalam hal ini akan dijelaskan beberapa hal diantaranya tentang kemapuan membaca dan tingkat membaca kritis dan meningkatkan sikap kritis.


4.3       Pengertian Kemampuan Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau bahasa tulis.
Sedangkan kemampuan membaca adalah kemampuan orang dalam memahami isi bacaan yang diukur dengan tes yang disediakan, dan kemampuan membaca teknis adalah kemampuan dalam mengekspresikari bacaan sehingga enak untuk didengar yang diukur dengan merekam teks yang disediakan(Tarigan, 1979:7). Kemampuan membaca siswa harus ditu: ~ang dengan kemampuan menguasai kebahasaan seperti : kosa kata, dan tata bahasa. Dengan demikian dapat dipertegas bahwa kemampuan yang dikaitkan dengan membaca adalah kemanpuan untuk merespon secara sadar susunan tertulis yang dihadapinya atau yang disimulasikan. Respon yang ditampilkan adalah respon aktif. Respon aktif ini berkaitan dengan pengelolaan terhadap tuturan tertulis. Dari beberapa teori tentang kemampua membaca yang telah dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa indikator yang dapat dijadikan acuan setiap siswa dapat dikaitkan mahir membaca secara sukses harus memiliki ketentuan untuk memahami hal-hal yang berkaitkan dengan kebahasaan dengan isi pesan.

4.3     Jenjang Kemampuan Membaca dan Tingkat Membaca Kritik
Dalam kenyataan sehari-hari sering dijumpai hal-hal semacam ini seorang siswa sedang membaca sebuah buku. Buku tersebut dibaca kata demikian, baris demi baris dan kalimat demi kalimat apa yang tertulis lalu diingatnya sebagai sebuah ingatan. Informasi yang tertulis dalam bacaan disimpan dalam ingatan, lalu dinyataka..n kembali bila perlu persis dengan apa yang dikatan pengarangnya dengan kata lain setelah selesai membaca, ia menyatakan kembali informasi tersebut secara tepat.
Oleh karena itu hanya berusaha untuk mengingat, maka dalam proses. ini dia tidak melibatkan aspek berfkir kritik. Panggilan hanya terbatas pada hal-hal yang secara ekplisit teriulis daiam bacaan, pembaca hanya tahu apa yang dikatakan oleh pengarangnya dan tidak ada satupun aktifitas mental berfikir yang mengikutinya. Pembaca hanya memproduksikan kembali secara mental apa yang tertulis pengarang.
Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa pada jenis membaca ini dapat disebut sebagai jenjang kemampuan membaca yang paling rendah tingkatanya.Jenis mebaca pada jenjang yang lain pembaca" tidak hanya puas pada tingkatan tahu atau ingat apa yang dikatakan dalam buku. Tetapi ia sadar bahwa bahan bacaan itu tidak hanya berisi informasi yang perlu diingatkan saja, tetapi perlu diolah dan dipahami. Setiap orang berbeda pandangana dari segi kemampuan intelektual, sikap, bakat, minat, motivasi, tujuan membaca dan lain-lainnya. Oleh karena itu jelas bahwa setiap orang mempunyai kemampuan membaca dan sikap kritis berbeda. Untuk itu, sebagai tindak lanjut dari usaha meningkatkan sikap kritis tersebut.Ada beber<apa aspek berpikir kritis yang dikuasai oleh seorang pembaca, yang diharaplcan akan menjadi semacam sikap yang selalu mempola untuk selalu berpikir kritis dalam membaca. Sikap-sikap kritis itu meliputi kemampuan-kemampuan pembaca untuk :
1. Menginterprestasi
2. Menganaslisis secara kritis
3. Mengorganisasi secara kritis
4. Menilai secara kritis
5. Menerapkan konsep secara kritis
Akan tetapi, sebelumnya perlu diingat bahwa jenjang kemampuan membaca itu tidak hanya sampai pada tingkat kritis. Secara fisik pr~,ses membaca itu hanya berakhir pada tingkat membaca kritis. Namun, sebenarnya pembaca yang sudah dikatakan berhasil apabila pembaca sudah mampu menerapkan hasil membacanya dalam konteks kehidupan yang lebih luas, yaitu diluar konteks proses membaca.. Artinya mampu menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan kehidupan sehari-hari, minimal' menghubungkan dengan kepentingan sebagai bagian dari kehidupan nyata. Bila seorang telah mampu menerapkan kegiatan membaca semacam ini, dapat dikatakan sebagai pembaca yang kritis sekaligus kreatif dalam memanfaatkan hasil membacanya.

4.4     Meningkatkan Sikap Kritis
Mengenai meningkatkan sikap kritis dalam kemampuan membaca akan di uraikan tentang, kemampuan menginterpretasi makna tersirat dan kemampuan mengaplikasikan konsep dalam bacaan.
a.      Kemampuan Menginterpretasi Makna tersirat
Dalam sebuah bacaan siswa bisa bersikap tidak ambil pusing dengan fakta atau informasi yang terlulis dengan jelas. Informasi cukup diketahui saja bahkan ada kalanya informsi itu ditelan secara mentah, dan diterima secara pasif.
b.      Kemampuan Mengaplikasikan Konsep dalam Bacaan
Seorang pernbaca yang kritis tidak akan pernah berhenti sampai, pada aktifitas menggali makna yang tersirat melalui pemahaman dan interpretasi secara kritis, tetapi harus mampu menerapkan konsep-konsep yang ada dalam bacaan keadaan situasi baru yang bersifat problematis.
4.5     Penelitian yang Relevan
Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini diantaranya yang pernah dilakukan oleh Haryono (1995). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca dan berbicara ditinjau dari kemampuan guru mengajar. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kemampuari membaca dan kemmpuan berbicara seseorang dipengaruhi oleh faktor kemampuan guru dalam mengajar.
Sementara, Haryadi (1996) dalam Dimiyanti (1998) mengadakan penelitian tentang kelancaran dalam membaca dan berbicara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kelancaran siswa dalam membaca dan berbicara. Hasil penelitian ini antara lain menyimpulkan bahwa siswa yang tinggal dilingkungan yang dekat dengan pendidikan lebih lancar membaca dan berbicaranya bila dibandingkan dengan siswa yang berasal dari lingkungan yang jauh dari tempat atau lokasi pendidikan.
Hasil penelitian tersebut memberikan dukungan serta motivasi dan relevansi kemampuan membaca dan kemampuan berbicara bagi seseorang. Hal ini, memotivasi peneliti untuk mengangkat masalah peranan kemampuan membaca terhadap kemampuan berbicara siswa di kelas.     

BAB III
PENUTUP


A.    SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:
1.    Peranan kemampuan membaca terhadap kemampuan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan efektivitas belajar siswa di kelas. Hal ini terlihat dari hasil observasi belajar siswa yang menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa.
2.    Peranan kemampuan membaca terhadap kemampuan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi belajar siswa.
3.    Materi dan tujuan instruksional umum dapat disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik siswa.
4.    Umpan balik lebih konsisten dengan kebutuhan.

B.     SARAN
Besdasarkan hasil pemaparan diatas maka penulis mengajukkan beberapa saran, antara lain :
1.    Bagi siswa diharapkan membiasakan diri untuk menanyakan materi yang dianggap sulit dan belum dimengerti serta tanpa ragu menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari guru maupun teman-temannya.
2.    Kepada Pihak Pengajar Hendaknya mempertimbangkan Pengaruh kemampuam membaca terhadap kemampuan brbicara sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa nantinya.
3.    Diharapkan kepada guru agar memperhatikan karakteristik anak didiknya dan memperlakukan sesuai karakteristiknya sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
4.    Pada pengajaran mata pelajaran bahasa  indonesia, khususnya penerapan kemampuan membaca terhadap kemampuan berbicara sebaiknya para guru menggunakan secara terus menerus.
5.    Penerapan kemampuan membaca terhadap kemampuan berbicara perlu di lakukan terus menerus dan lebih diprioritaskan pada mata pelajaran bahasa indonesia di sekolah-sekolah lain. Hal ini di maksudkan agar siswa terlatih untuk berbicara dan menemukan pengetahuan mereka sendiri, bisa membaca, bisa menyampaikan kembali isi bacaan, kesesuaian waktu, ketepata dengan topik. Siswa bukan hanya sekedar mendengar dan mencatat saja.
6.    Bagi peneliti untuk kedepannya diharapkan dapat lebih profesional dalam menerapkan pembelajaran individual.




















DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 1984. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakiek. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arsyad dan Mukti. 1988. Aspek-Aspek Berbicara. Yogyakarta: Cinta Pena.
Darmodiharjo. 1982. Bunyi Bahasa. Jakarta: RinekaCipta.
Dimiyati. 1998. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti.
Fatmawati. 1997. Kreatif Berbahasa. Yogyakarta: Kanisus.
Haryono. 1995. Penelitian Kemampuan Membaca Praktek. Jakarta: RinekaCipta.
Hadi, Sutisno. 1997. Metodologi Research. Jilid 1 Yogyakarta :Andi Offset.
Netra, IB. 1974. Psikologi.Yogyakarta: SIC
Keraf, Gorys. 1979. Membaca sebagai suatu Keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung: Angkasa
Margono, S. 2003. Metodologi Research. Yogyakarta: FP UGM
Matzuki. 1974. Metodologi Riset. Yogyakarta: FEUII.
Muhajir.1975. Evaluasi Pendidikan, Bandung: Usaha Nasional.
Nazar, Muhammad. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Galin Indonesia.
Nurkencana, Wayan. 1986. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :RinekaCipta.
                     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar