UPAYA
PENGGUNAAN KALIMAT YANG SANTUN DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DENGAN
MEDIA IKLAN DI TELEVISI
Disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Bahasa
Dosen
Pengampu: Drs. Suyoto, M.Pd.
Oleh
:
Yeni
Rahmawati
09410382
7
B
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP
PGRI SEMARANG
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah
ini dapat terselaisaikan. Sholawat
serta salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyah menuju zaman yang diridhoi Allah SWT.
Penyusunan makalah ini disusun sebagai
salah satu syarat guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Bahasa. Penulisan
makalah ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Drs.
Muhdi, M.Hum., selaku Rektor IKIP PGRI Semarang selaku Rektor IKIP PGRI
Semarang
2. Drs. Suyoto, M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Seminar Bahasa
3. Semua
pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat
bagi kita semua, khususnya bagi pembaca pembaca untuk menambah pengetahuannya. Penulis menyadari dalam menyusun makalah ini
banyak terdapat kekurangan. Dengan demikian penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun.
Semarang,
21 Desember 2012
Penulis,
ABSTRAK
Yeni
Rahmawati. “Upaya Penggunaan Kalimat Santun Dalam Pembelajaran Keterampilan
Berbahasa Dengan Media iklan di televisi”. Makalah. Fakultas Pendidikan Bahasa
dan Seni IKIP PGRI Semarang. Dosen Pengampu Drs. Suyoto, M.Pd. 20 Desember
2012.
Pemikiran
ini dilatarbelakangi oleh adanya keterampilan berbahasa yang masih rendah pada
siswa kelas X di SMK. Media yang digunakan Media Iklan di televisi.
Rumusan
masalahnya adalah bagaimanakah penggunaan kalimat yang santun dalam
pembelajaran keterampilan berbahasa dengan media iklan di televisi? Adapun
tujuan pemikiran ini adalah untuk mengetahui penggunaan kalimat yang baik,
tepat, dan santun dalam pembelajaran keterampilan berbahasa dengan media iklan
di televisi.
Media
pembelajaran yang digunakan adalah media iklan agar pembelajaran para peserta
didik berjalan dengan baik.
Pada
analisis terakhir pada keterampilan berbahasa dengan media iklan adanya
perbaikan keterampilan berbahasa.
Saran
yang dapat penulis sampaikan adalah guru-guru mampu menentukan media dan materi
yang sesuai dengan pembelajaran dalam pembelajaran keterampilan berbahasa bisa
tercapai.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Dalam kehidupan di masyarakat manusia
selalu melakukan interaksi atau hubungan dengan sesama, yakni dengan
menggunakan bahasa. Bahasa digunakan manusia sebagai alat komunikasi dengan
lingkungannya. Penutur maupun mitra tutur menyampaikan informasi berupa
pikiran, gagasan, maksud, perasaan maupun emosi secara langsung. Tuturan
manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan maupun tulisan.
Media massa yang dapat dimanfaatkan untuk tuturan tulis adalah media cetak
seperti majalah, tabloid, dan surat kabar sedangkan untuk tuturan lisan dapat
menggunakan media elektronik seperti radio dan televisi.
Iklan sebagai alat komunikasi atau
penghubung antara produsen dengan konsumen dalam menawarkan barang atau jasa
yang dirasakan lebih efisien. Bahasa dalam iklan yang berupa implikatur dibuat
menarik tanpa melupakan kaidah kebahasaan yang ada. Implikatur yang digunakan
dapat dipelajari dalam kajian bidang pragmatic yang ditekankan pada tuturan
dalam sebuah wacana iklan. Wacana dapat digunakan sebagai media dalam
penyampaian pesan. Dengan kata lain, seseorang dapat berinteraksi dan
bekerjasama. Begitu pula dengan produsen untuk menyampaikan maksud dan pesan
yang terkandung dalam produknya biasanya menggunakan wacana yang disebut iklan.
Bahasa iklan dapat mengandung tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Selain bermanfaat dalam kehidupan
masyarakat, kajian-kajian di atas juga dapat digunakan sebaagai dasar
pembelajaran bahasa pada siswa SMK jurusan kecantikan pada materi pelajaran
menggunakan kalimat dengan baik, tepat, dan santun. Prinsip-prinsip pengguna
bahasa, yaitu sebagai berikut: penggunaan bahasa harus memperhatikan aneka
aspek situasi ujaran; penggunaan bahasa juga harus memperhatikan
prinsip-prinsip sopan santun; penggunaan bahasa harus memperhatikan prinsip
kerja sama; dan pengguna bahasa harus memperhatikan factor-faktor penentu
tindak komunikatif (Suyono, 1990:59). Dalam kajian pragmatik bahasa Indonesia
khususnya pada keterampilan berbahasa baik keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis pada pembelajaran di SMK, penulis mengajak pengajar mampu
menentukan materi yang sesuai dengan pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan
wacana iklan di televise mengandung ragam bahasa yang bervariasi , memberikan
informasi, dan juga disertai gambar ddan ekspresi penutur yang jelas, serta
peserta didik untuk mengetahui berbagai informasi dalam wacana iklan di
televisi. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa
dan pemahaman siswa SMK khususnya pada pembelajaran wacana. Dalam kajian
analisis dan menyimak wacana iklan di televisi diharapkan agar siswa mampu
mengidentifikasi sumber informasi iklan yang sesuai dengan konteks wacana.
Berdasarkan alasan tersebut penulis
memilih judul “Upaya Penggunaan Kalimat Yang Santun dalam Pembelajaran
keterampilan Berbahasa dengan Media iklan di televisi”.
B. Rumusan
Masalah
Dari uraian latar belakangdi atas, maka
rumusan masalah yang akan dalam pemikiran ini adalahsebagai berikut :
1. Bagaimanakah
penggunaan kalimat yang santun dalam pembelajaran keterampilan berbahasa dengan
media iklan di televisi?
C. Tujuan
Pembahasan
1. Untuk
mengetahui penggunaan kalimat yang baik, tepat, dan santun dalam pembelajaran
keterampilan menyimak dengan media iklan di televise sehingga siswa dapat
menganalisis wacana tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tindak Tutur
Tindak tutur (speech art) adalah gejala
individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh
kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu, pernyataan
tersebut dikemukakan oleh chaer ( Rohmadi, 2004: 29). Menurut Austin ada tiga
jenis tindak tutur yaitu, 1) tindak tutur lokusioner (locutionary act), 2)
tindak ilokusioner( ilocutionary act), dan 3) tindak perlokusioner
(perlocutionary act).
Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur
yang mengaitkan suatu topik dengan satu keterangan dalam suatu ungkapan. Tindak
tutur lokusi semata-mata merupakan tindak tutur atau tindak bertutur, yaitu
tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan makna sesuai dengan makna kata itu
di dalam kamus dan makna kalimat itu menurut kaidah sintaksisnya. Dengan
demikian dalam tindak lokusi tidak dipermasalahkan maksud atau fungsi tuturan.
Oleh sebab itu tindak lokusi merupakan tindak tutur yang relative paling mudah
untuk diidentifikasi, karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan
tanpa menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tuturan. Jadi
tindak tutur lokusi hanya mengandung informasi dan tidak punya maksud-maksud
tertentu. Sebagai contoh tindak tutur lokusi, kalimat (a) sapi adalah salah
satu hewan pemakan rumput. Pada kalimat (a) merupakan apa yang dituturkan itu
hanya sekedar memberi informasi . jadi kalimat tersebut dituturkan ooleh
penuturnya hanya ingin menyatakan sesuai dengan apa yang tersurat dalam kalimat
yang diucapkan penuturnya tanpa tendensi melakukan sesuatu, apalagi bermaksud
untuk mempengaruhi mitra tutur.
Tindak tutur ilokusi yaitu tindak tutur
yang mengandung maksud dn fungsi atau daya tuturan. Jadi, dalam tindak tutur
ini berarti suatu tuturan mengandung dua
maksud, yaitu menginformasikan dan mendorong untuk melakukan sesuatu. Sebagai
contoh ilokusi, (a) sudah pukul 09.00 malam. Kalimat (a) tersebut tidak
semata-mata menginformasikan bahwa waktu menunjukan pukul 09.00 malam, akan
tetapi bisa juga kalimat tersebut berupa perintah untuk seseorang yang bertamu
agar segera pulang ke rumah karena sudah malam. Berdasarkan contoh tersebut
dapat disimpulkan bahwa setiap tuturan dapat menginformasikan dan memerintahkan
ditinjau dari situasi dan kondisi tuturan tersebut.
Tindak tutur perlokusi adalah tindak
tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur sehingga
mitra tutur dapat melakukan suatu tindakan atau memiliki efek dan daya
pengaruh. Sebagai contoh tindak tutur perlokusi, Wajah kusam kok dibiarkan,
pons solusi mengatasi wajah kusam. Dengan pons wajah jadi bersinar lebih cerah.
Kalimat tersebut disusun bukan semata-mata untuk memberikan informasi serta
pengaruh kepada masyarakat yang memiliki wajah kusam, tetapi bertujuan agar
konsumen atau mitra tuturyang mempunyai masalah wajah kusam segera menggunakan
produk pons agar kulit menjadi bersinar.
B.
Wacana
Istilah wacana mempunyai acuan yang
lebih luas dari sekadar bacaan.wacana merupakan unsur kebahasan yang relatif
paling kompleks dan paling lengkap. Wacana dapat diartikan juga sebagai tindak
tutur yang mengungkapkan suatu objek yang disajikan secara terartur ,
sistematis dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental
maupun nonsegmental bahasa. Jadi wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata,
kalimat, paragraf, atau karangan utuh ( buku).
Berdasarkan media penyampaiannya, wacana
dapat dibagi menjadi dua yaitu wacana tulis dan wacana lisan. Jenis wacana ini
sering disebut sebagai tuturan (speech) atau
ujaran. Jadi berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau
direalisasikan melalui sebuah tulisan. Sesuai dengan perkembangan zaman mempermudah
masyarakat dalam menyampaikan tuturan baik lisan maupun tulisan melalui
telepon, radio, dan televisi yang sangat efektif. Dengan adanya media tersebut
masyarakat bisa menyampaikan informasi dengan memanfaatkan peluang promosi
tentang suatu produk atau sering disebut sebagai iklan. Pengekspresian oleh
bintang iklan disebut sebagai wacana iklan.
C.
Iklan
Iklan diartikan sebagai pemberitahuan
kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual dan dipasang di dalam
media massa, seperti surat kabar, majalah atau koran, dan media elektronik.
Dengan pengertian tersebut wacana iklan dibuat untuk menarik perhatian dan
membujuk atau mendorong pembaca iklan untuk memiliki atau memenuhi permintaan
yang dipromosikan dalam iklan tersebut. Tuturan yang ada dalam iklan harus
dibuat semenarik mungkin, agar pembaca dapat terpengaruh untuk membeli iklan
tersebut.
D.
Upaya Penggunaan Kalimat Yang Santun
Dalam Pembelajaran Keterampilan Menyimak
dengan Media Iklan di Televisi
Pembelajaran keterampilan berbahasa dengan
menggunakan kalimat yang santun dengan
cara yakni penggunaan kalimat dalam menyimak wacana dengan media iklan
di televisi harus memenuhi prinsip kesantunan. Karena dalam menulis wacana
iklan biasanya kalimat yang digunakan tidak santun. Adapun kalimat yang santun
seharusnya memenuhi prinsip kesantunan yakni tindak tutur lokusi, ilokusi dan
perlokusi. Dalam menulis wacana iklan harus memenuhi prinsip kesantunan
tersebut. Contoh penggunaan kalimat yang santun dalam pembelajaran menyimak wacana
sebagai berikut:
a.
Penggunaan tindak tutur lokusi
Tindak tutur lokusi merupakan suatu
tindakan yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu. Cara pengidentifikasian
tindak tutur ini adalah dengan menganalisis makna tuturannya sesuai dengan
makna sebenarnya. Penggunaan wacana iklan dalam penggalan wacana iklan berikut
:
(1) CITRA
HAZELIN
KONTEKS : (Seseorang model yang
melakukan pemotretan, wajah tampak
lebih cerah dan bergaya ceria karena ia menggunakan citra hazelin)
BI
: untuk kesegaran alami kulit wajahku. Citra hazelin lesting cool snow, sensasi hydromoisturizeirnya membuat kulit
wajahku segar dan kelihatan tak
berminyak.
Pada tuturan untuk kesegaran alami kulit
wajahku, Citra hazelin lesting cool snow merupakan tindak tutur yang memberikan
informasi mengenai produk tersebut tanpa mempengaruhi mitra tutur. Dari kutipan
iklan kecantikan di televisi tersebut sudah menggunakan kalimat yang santun dan
sesuai dengan prinsip kesantunan lokusi, karena bahasa iklan tersebut hanya
memberikan informasi saja.
b.
Rencana penggunaan pembelajaran menyimak
wacana iklan dengan media iklan di televisi
a.
Kompetensi dasar
Kompetensi
dasar yang dipilih yaitu menggunakan kalimat yang baik, tepat, dan santun.
Pembelajaran ini diterapkan pada siswa smk kelas X jurusan kecantikan. Pada
pembelajaran ini ditekankan pada keterampilan menyimak tuturan yang didengar
dan pemilihan bahasa iklan yang santun.di televisi. Hal tersebut bertujuan agar
pembelajaran wacana menjadi lebih menarik dan mudah dipahami siswa sehingga
menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan karena siswa
sehingga menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan karena siswa
dapat terlibat secara langsung.
b.
Indikator
a. Mengidentifikasi bahasa yang digunakan dalam
tuturan iklan di televisi sehingga mampu mengetahui maksud dan tujuan tuturan
dalam berkomunikasi.
c.
Tujuan pembelajaran
a.
Siswa
mampu menganalisis tuturan wacana iklan di televisi sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan menyimak dapat melatih keterampilan berbahasa.
d.
Materi pembelajaran
e.
Media televisi
f.
Penilian evaluasi
1.) Penilaian
non tes jenis pengamatan yaitu mendengarkan dan mengamati penggunaan bahasa wacana
iklan di televisi.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Sebagai salah satu
keterampilan berbahasa menyimak merupakan keterampilan yang membutuhkan
konsentrasi. Dengan upaya penggunaan kalimat yang santun dalam pembelajaran
menyimak wacana iklan di smk ada peningkatan keterampilan berbahasa yakni
menyimak wacana iklan agar siswa mampu mengidentifikasi sumber informasi yang
sesuai dengan konteks wacana.
B. Saran
Guru diharapkan menggunakan kalimat
yang santun dalam pembelajaran menyimak dengan media televisi agar proses
pembelajaran menyimak menjadi efektif dan siswa konsentrasi pada saat proses
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Wismanto. Agus.2010. Dasar- Dasar Penulisan
Jurnalistik. Semarang: IKIP PGRI Press.
Agus Suriamihardja, H. Akhlan Husen, dan Nunuy Nurjanah. 1997. Petunjuk
Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Henry Guntur Tarigan. 1993. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Gorys Keraf. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa
Indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar