Sabtu, 09 Februari 2013

UPAYA PENGGUNAAN KALIMAT YANG SANTUN DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DENGAN MEDIA IKLAN DI TELEVISI


UPAYA PENGGUNAAN KALIMAT YANG SANTUN DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DENGAN MEDIA IKLAN DI TELEVISI
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Bahasa
Dosen Pengampu: Drs. Suyoto, M.Pd.

Oleh :
Yeni Rahmawati
09410382
7 B


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2012

KATA PENGANTAR
                   Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselaisaikan. Sholawat serta salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang diridhoi Allah SWT.
Penyusunan makalah ini disusun sebagai salah satu syarat guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Bahasa. Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1.   Drs. Muhdi, M.Hum., selaku Rektor IKIP PGRI Semarang selaku Rektor IKIP PGRI Semarang
2.   Drs. Suyoto, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Seminar Bahasa
3.    Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembaca pembaca untuk menambah pengetahuannya.  Penulis menyadari dalam menyusun makalah ini banyak terdapat kekurangan. Dengan demikian penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

                                                                                                                       

                                                                        Semarang, 21 Desember 2012

                                                                        Penulis,




ABSTRAK
Yeni Rahmawati. “Upaya Penggunaan Kalimat Santun Dalam Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Media iklan di televisi”. Makalah. Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP PGRI Semarang. Dosen Pengampu Drs. Suyoto, M.Pd. 20 Desember 2012.
Pemikiran ini dilatarbelakangi oleh adanya keterampilan berbahasa yang masih rendah pada siswa kelas X di SMK. Media yang digunakan Media Iklan di televisi.
Rumusan masalahnya adalah bagaimanakah penggunaan kalimat yang santun dalam pembelajaran keterampilan berbahasa dengan media iklan di televisi? Adapun tujuan pemikiran ini adalah untuk mengetahui penggunaan kalimat yang baik, tepat, dan santun dalam pembelajaran keterampilan berbahasa dengan media iklan di televisi.
Media pembelajaran yang digunakan adalah media iklan agar pembelajaran para peserta didik berjalan dengan baik.
Pada analisis terakhir pada keterampilan berbahasa dengan media iklan adanya perbaikan keterampilan berbahasa.
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah guru-guru mampu menentukan media dan materi yang sesuai dengan pembelajaran dalam pembelajaran keterampilan berbahasa bisa tercapai.







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan di masyarakat manusia selalu melakukan interaksi atau hubungan dengan sesama, yakni dengan menggunakan bahasa. Bahasa digunakan manusia sebagai alat komunikasi dengan lingkungannya. Penutur maupun mitra tutur menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan maupun emosi secara langsung. Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan maupun tulisan. Media massa yang dapat dimanfaatkan untuk tuturan tulis adalah media cetak seperti majalah, tabloid, dan surat kabar sedangkan untuk tuturan lisan dapat menggunakan media elektronik seperti radio dan televisi.
Iklan sebagai alat komunikasi atau penghubung antara produsen dengan konsumen dalam menawarkan barang atau jasa yang dirasakan lebih efisien. Bahasa dalam iklan yang berupa implikatur dibuat menarik tanpa melupakan kaidah kebahasaan yang ada. Implikatur yang digunakan dapat dipelajari dalam kajian bidang pragmatic yang ditekankan pada tuturan dalam sebuah wacana iklan. Wacana dapat digunakan sebagai media dalam penyampaian pesan. Dengan kata lain, seseorang dapat berinteraksi dan bekerjasama. Begitu pula dengan produsen untuk menyampaikan maksud dan pesan yang terkandung dalam produknya biasanya menggunakan wacana yang disebut iklan. Bahasa iklan dapat mengandung tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Selain bermanfaat dalam kehidupan masyarakat, kajian-kajian di atas juga dapat digunakan sebaagai dasar pembelajaran bahasa pada siswa SMK jurusan kecantikan pada materi pelajaran menggunakan kalimat dengan baik, tepat, dan santun. Prinsip-prinsip pengguna bahasa, yaitu sebagai berikut: penggunaan bahasa harus memperhatikan aneka aspek situasi ujaran; penggunaan bahasa juga harus memperhatikan prinsip-prinsip sopan santun; penggunaan bahasa harus memperhatikan prinsip kerja sama; dan pengguna bahasa harus memperhatikan factor-faktor penentu tindak komunikatif (Suyono, 1990:59). Dalam kajian pragmatik bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan berbahasa baik keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis pada pembelajaran di SMK, penulis mengajak pengajar mampu menentukan materi yang sesuai dengan pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan wacana iklan di televise mengandung ragam bahasa yang bervariasi , memberikan informasi, dan juga disertai gambar ddan ekspresi penutur yang jelas, serta peserta didik untuk mengetahui berbagai informasi dalam wacana iklan di televisi. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan pemahaman siswa SMK khususnya pada pembelajaran wacana. Dalam kajian analisis dan menyimak wacana iklan di televisi diharapkan agar siswa mampu mengidentifikasi sumber informasi iklan yang sesuai dengan konteks wacana.
Berdasarkan alasan tersebut penulis memilih judul “Upaya Penggunaan Kalimat Yang Santun dalam Pembelajaran keterampilan Berbahasa dengan Media iklan di televisi”.
B.     Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakangdi atas, maka rumusan masalah yang akan dalam pemikiran ini adalahsebagai berikut :
1.      Bagaimanakah penggunaan kalimat yang santun dalam pembelajaran keterampilan berbahasa dengan media iklan di televisi?
C.     Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui penggunaan kalimat yang baik, tepat, dan santun dalam pembelajaran keterampilan menyimak dengan media iklan di televise sehingga siswa dapat menganalisis wacana tersebut.





























BAB II
PEMBAHASAN

A.          Pengertian Tindak Tutur
Tindak tutur (speech art) adalah gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu, pernyataan tersebut dikemukakan oleh chaer ( Rohmadi, 2004: 29). Menurut Austin ada tiga jenis tindak tutur yaitu, 1) tindak tutur lokusioner (locutionary act), 2) tindak ilokusioner( ilocutionary act), dan 3) tindak perlokusioner (perlocutionary act).
Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang mengaitkan suatu topik dengan satu keterangan dalam suatu ungkapan. Tindak tutur lokusi semata-mata merupakan tindak tutur atau tindak bertutur, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan makna sesuai dengan makna kata itu di dalam kamus dan makna kalimat itu menurut kaidah sintaksisnya. Dengan demikian dalam tindak lokusi tidak dipermasalahkan maksud atau fungsi tuturan. Oleh sebab itu tindak lokusi merupakan tindak tutur yang relative paling mudah untuk diidentifikasi, karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tuturan. Jadi tindak tutur lokusi hanya mengandung informasi dan tidak punya maksud-maksud tertentu. Sebagai contoh tindak tutur lokusi, kalimat (a) sapi adalah salah satu hewan pemakan rumput. Pada kalimat (a) merupakan apa yang dituturkan itu hanya sekedar memberi informasi . jadi kalimat tersebut dituturkan ooleh penuturnya hanya ingin menyatakan sesuai dengan apa yang tersurat dalam kalimat yang diucapkan penuturnya tanpa tendensi melakukan sesuatu, apalagi bermaksud untuk mempengaruhi mitra tutur.
Tindak tutur ilokusi yaitu tindak tutur yang mengandung maksud dn fungsi atau daya tuturan. Jadi, dalam tindak tutur ini berarti suatu tuturan  mengandung dua maksud, yaitu menginformasikan dan mendorong untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh ilokusi, (a) sudah pukul 09.00 malam. Kalimat (a) tersebut tidak semata-mata menginformasikan bahwa waktu menunjukan pukul 09.00 malam, akan tetapi bisa juga kalimat tersebut berupa perintah untuk seseorang yang bertamu agar segera pulang ke rumah karena sudah malam. Berdasarkan contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap tuturan dapat menginformasikan dan memerintahkan ditinjau dari situasi dan kondisi tuturan tersebut.
Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur sehingga mitra tutur dapat melakukan suatu tindakan atau memiliki efek dan daya pengaruh. Sebagai contoh tindak tutur perlokusi, Wajah kusam kok dibiarkan, pons solusi mengatasi wajah kusam. Dengan pons wajah jadi bersinar lebih cerah. Kalimat tersebut disusun bukan semata-mata untuk memberikan informasi serta pengaruh kepada masyarakat yang memiliki wajah kusam, tetapi bertujuan agar konsumen atau mitra tuturyang mempunyai masalah wajah kusam segera menggunakan produk pons agar kulit menjadi bersinar.
B.           Wacana
Istilah wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekadar bacaan.wacana merupakan unsur kebahasan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Wacana dapat diartikan juga sebagai tindak tutur yang mengungkapkan suatu objek yang disajikan secara terartur , sistematis dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa. Jadi wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf, atau karangan utuh ( buku).
Berdasarkan media penyampaiannya, wacana dapat dibagi menjadi dua yaitu wacana tulis dan wacana lisan. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan (speech) atau ujaran. Jadi berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui sebuah tulisan. Sesuai dengan perkembangan zaman mempermudah masyarakat dalam menyampaikan tuturan baik lisan maupun tulisan melalui telepon, radio, dan televisi yang sangat efektif. Dengan adanya media tersebut masyarakat bisa menyampaikan informasi dengan memanfaatkan peluang promosi tentang suatu produk atau sering disebut sebagai iklan. Pengekspresian oleh bintang iklan disebut sebagai wacana iklan.
C.           Iklan
Iklan diartikan sebagai pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual dan dipasang di dalam media massa, seperti surat kabar, majalah atau koran, dan media elektronik. Dengan pengertian tersebut wacana iklan dibuat untuk menarik perhatian dan membujuk atau mendorong pembaca iklan untuk memiliki atau memenuhi permintaan yang dipromosikan dalam iklan tersebut. Tuturan yang ada dalam iklan harus dibuat semenarik mungkin, agar pembaca dapat terpengaruh untuk membeli iklan tersebut.
D.          Upaya Penggunaan Kalimat Yang Santun Dalam Pembelajaran  Keterampilan Menyimak dengan Media Iklan di Televisi
Pembelajaran keterampilan berbahasa dengan menggunakan kalimat yang santun dengan  cara yakni penggunaan kalimat dalam menyimak wacana dengan media iklan di televisi harus memenuhi prinsip kesantunan. Karena dalam menulis wacana iklan biasanya kalimat yang digunakan tidak santun. Adapun kalimat yang santun seharusnya memenuhi prinsip kesantunan yakni tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Dalam menulis wacana iklan harus memenuhi prinsip kesantunan tersebut. Contoh penggunaan kalimat yang santun dalam pembelajaran menyimak wacana sebagai berikut:
a.                Penggunaan tindak tutur lokusi
Tindak tutur lokusi merupakan suatu tindakan yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu. Cara pengidentifikasian tindak tutur ini adalah dengan menganalisis makna tuturannya sesuai dengan makna sebenarnya. Penggunaan wacana iklan dalam penggalan wacana iklan berikut :
(1)   CITRA HAZELIN
            KONTEKS : (Seseorang model yang melakukan pemotretan, wajah            tampak lebih cerah dan bergaya ceria karena ia menggunakan citra      hazelin)
BI : untuk kesegaran alami kulit wajahku. Citra hazelin lesting cool snow,   sensasi hydromoisturizeirnya membuat kulit wajahku segar  dan kelihatan tak berminyak.
Pada tuturan untuk kesegaran alami kulit wajahku, Citra hazelin lesting cool snow merupakan tindak tutur yang memberikan informasi mengenai produk tersebut tanpa mempengaruhi mitra tutur. Dari kutipan iklan kecantikan di televisi tersebut sudah menggunakan kalimat yang santun dan sesuai dengan prinsip kesantunan lokusi, karena bahasa iklan tersebut hanya memberikan informasi saja.
b.               Rencana penggunaan pembelajaran menyimak wacana iklan dengan media iklan di televisi
a.          Kompetensi dasar
Kompetensi dasar yang dipilih yaitu menggunakan kalimat yang baik, tepat, dan santun. Pembelajaran ini diterapkan pada siswa smk kelas X jurusan kecantikan. Pada pembelajaran ini ditekankan pada keterampilan menyimak tuturan yang didengar dan pemilihan bahasa iklan yang santun.di televisi. Hal tersebut bertujuan agar pembelajaran wacana menjadi lebih menarik dan mudah dipahami siswa sehingga menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan karena siswa sehingga menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan karena siswa dapat terlibat secara langsung.

b.            Indikator
a.     Mengidentifikasi bahasa yang digunakan dalam tuturan iklan di televisi sehingga mampu mengetahui maksud dan tujuan tuturan dalam berkomunikasi.

c.             Tujuan pembelajaran
a.  Siswa mampu menganalisis tuturan wacana iklan di televisi sehingga siswa dapat melakukan kegiatan menyimak dapat melatih keterampilan berbahasa.

d.            Materi pembelajaran
e.             Media televisi
f.             Penilian evaluasi
1.)    Penilaian non tes jenis pengamatan yaitu mendengarkan dan mengamati penggunaan bahasa wacana iklan di televisi.


  




BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
                        Sebagai salah satu keterampilan berbahasa menyimak merupakan keterampilan yang membutuhkan konsentrasi. Dengan upaya penggunaan kalimat yang santun dalam pembelajaran menyimak wacana iklan di smk ada peningkatan keterampilan berbahasa yakni menyimak wacana iklan agar siswa mampu mengidentifikasi sumber informasi yang sesuai dengan konteks wacana.
B.     Saran
            Guru diharapkan menggunakan kalimat yang santun dalam pembelajaran menyimak dengan media televisi agar proses pembelajaran menyimak menjadi efektif dan siswa konsentrasi pada saat proses pembelajaran.















DAFTAR PUSTAKA

Wismanto. Agus.2010. Dasar- Dasar Penulisan Jurnalistik. Semarang: IKIP PGRI Press.
Agus Suriamihardja, H. Akhlan Husen, dan Nunuy Nurjanah. 1997. Petunjuk Praktis         Menulis. Jakarta: Depdikbud Dirjen       Pendidikan Dasar dan Menengah.

Henry Guntur Tarigan. 1993. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
                       
Gorys Keraf. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar